Pesta
pernikahan merupakan salah satu acara yang sakral didalam menjalani kehidupan
sehari-hari. Bukan hanya sakral pesta pernikahan pula diharapakan oleh banyak
orang hanya terjadi sekali sepanjang hidup. Dengan kondisi demikian maka tidak
heran kalau banyak pasangan pengantin yang menginginkan pesta pernikahannya
berjalan dengan baik dan sempurna. Bukan hanya berjalan dengan baik dan
sempurna pesta pernikahan harapannya tidak akan terjadi hambatan yang menganggu
aktifitas jalannya kegiatan pesta pernikahan baik sebelum, sesudah, ataupun
saat kegiatan berlangsung.
Di
dalam masyarakat biasanya terdapat dua jalan untuk melakukan pesta pernikahan.
Pertama dengan menggunakan layanan dari WO sehingga pihak pengantin menerima
hasilnya saja. Kedua dengan mengerjalan secara mandiri dari awal sampai akhir
kegiatan pesta pernikahan. Didalam setiap jalan yang dipilih oleh pasangan
pengantin terdapat kekurangan dan kelebihan masing-masing. Walaupun demikian
tetap saja sebuah pesta pernikahan pastinya akan membutuhkan sebuah makanan dan
minuman yang banyak didalamnya.
Bisa
dikatakan bahwa makanan dan minuman dalam sebuah pernikahan diibaratkan seperti
jantung didalam tubuh manusia. Dengan adanya peribatan tersebut maka ketika
pesta pernikahan tidak ada makanan dan minuman maka bisa dikatakan bahwa pesta
pernikahan tersebut tidak bisa hidup. Namun dibalik sebuah makanan dan minuman
yang disediakan terdapat sebuah permasalahan yang selalu saja hadir ketika pesta
pernikahan sudah berlangsung. Permasalahan tersebut yaitu munculnya penumpukan
sampah dari makanan dan mimuman yang tidak bisa dikonsumsi atau sisa ketika
sudah berlangsung pesta pernikahan.
Munculnya
permasalahan tersebut sejalan akibat beberapa faktor pendukung lainnya yang
berasal dari kehidupan ataupun pemahaman masyarakat negara Indonesia pada
umumnya. Pertama karena biasanya didalam pesta pernikahan pihak pengantin akan
menyediakan makanan dan minuman berlebih. Dimana makanan dan minuman yang
berlebih tersebut terkadang bisa sampai dua kali dari orang-orang yang
diundang. Kedua karena ada pemahaman mencicipi berbagai makanan di pesta
pernikahan walaupun hanya sedikit. Pemahaman tersebut tentunya membuat banyak
orang yang hadir dalam pesta pernikahan akan mencicipi segala macam makanan
yang disediakan walaupun kapasitas perut sudah tidak muat lagi. Alhasil dari
adanya dua faktor tersebut sudah dapat menyumbang sampah makanan dan minuman
yang dihasilkan oleh kegiatan pesta pernikahan.
Berdasarkan
data yang dipaparkan oleh pihak Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan bahwa
angka rasio pernikahan per 1.000 penduduk yakni 8,99 pada tahun 2019 di Jawa
Tengah. Arti dari data tersebut yaitu setiap 1.000 penduduk di Jawa Tengah
terdapat 9 orang yang menikah. Jika diambil contoh data dari Jawa Tengah
tersebut terhadap jumlah penduduk dari hasil Sensus Penduduk (SP2020) pada
bulan September 2020 mencatat sebanyak 270,20 juta jiwa maka akan semakin
banyak pesta pernikahan yang dilakukan oleh sebuah pasangan didalam masyarakat.
Apabila sudah semakin banyak pesta pernikahan yang dilaksanakan maka selaras
akan potensi terjadinya sampah hasil makanan dan minuman dari pesta pernikahan.
Permasalahan
sampah ini menjadi kian besar karena kurang maksimalnya mengelola sampah yang
telah di hasilkan. Di negara Indonesia untuk urusan pengolahan sampah masih
tetap didominasi dua cara yaitu metode open
dumping dan metode landfill. Metode
open dumping merupakan metode yang
mengelola sampah dengan cara dibuang ke TPA tanpa adanya proses lanjutan.
Sedangkan metode landfill yaitu cara
sampah yang dilakukan diratakan serta dipadatkan menggunakan alat berat serta
dilapisi oleh tanah.
Karena
masih tetap didominasi metode pengolahan sampah tersebut maka timbul sebuah
peristiwa yang cukup menarik perhatian kita semua. Dimana peristiwa yang
terjadi tersebut dinamakan Tragedi
Longsor Sampah di TPA Leuwigajah. Tragedi tersebut terjadi di pada Senin 21
Februari 2005. Dampak kurang baik darinya tragedi sangat memberikan pukulan
besar kepada masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Contoh dampak kurang baik
dari tragedi tersebut yaitu 157 orang tewas serta dua pemukiman yaitu Kampung
Cilimus dan Kampung Pojok tertutup oleh longsoran sampah.
Negara
Indonesia diperkirakan menghasilkan sebanyak kurang lebih 64 juta ton sampah
setiap tahun. Berdasarkan data yang diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (KLHK) mengatakan bahwa komposisi sampah didominasi berjenis
sampah organik. Persentasi komposisi dominasi sampah berjenis organik sebanyak
60%. Contoh dari sumber sampah organik adalah sisa sayur, kulit pisang, buah
yang busuk, dan masih banyak lagi. Dimana salah satu contoh tempat penghasil
sampah organik yaitu makanan dan minuman dari sisa kegiatan pesta pernikahan.
Jika
tempat seperti pesta pernikahan masih tetap banyak menghasilkan sampah organi
serta pengelolaan sampah masih tetap didominasi metode open dumping dan metode landfill.
Maka potensi terjadinya kejadian Tragedi
Longsor Sampah di TPA Leuwigajah di tempat TPA lainnya akan menjadi besar
lagi. Padahal dampak dari tragedi tersebut cukup memberikan pukulan yang besar
dalam menjalani kehidupan. Maka dari itu dibutuhkan sebuah beberapa cara agar
tempat penghasil sampah seperti pesta pernikahan menghasilkan sampah makanan dan minuman yang
minimimal. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu:
#1. Berkerja Sama Dengan Sebuah Lembaga
Ya,
cara pertama adalah pihak penyelenggara pesta pernikahan harus bekerja sama
dengan sebuah lembaga. Dimana lembaga yang diajak kerja sama merupakan lembaga
yang memiliki tujuan mengubah makanan dan minuman sisa untuk dibuat hal yang
lebih memiliki nilai yang bermanfaat. Salah satu contohnya tersebut yaitu
menjadi makanan buat hewan atau menjadi pupuk. Dengan adanya perubahan fungsi pada
makanan dan minuman sisa tersebut maka harapannya kedua hal tersebut tidak
langsung menjadi sampah organik tetapi bisa dimanfaatkan terlebih dahulu.
#2. Menyumbangkan Kepada Orang Yang
Membutuhkan
Di
negara Indonesia masih terdapat kejompangan yang bisa terlihat secara jelas
dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan kejompangan yang terjadi dapat benar-benar
membuat jembatan yang cukup mengelus dada. Mungkin untuk pihak yang berlebih
masih bisa dapat memenuhi kebutuhan khususnya kebutuhan akan makanan dan
minuman. Tetapi untuk orang-orang yang kekurangan untuk memenuhi kebutuhan
hidup akan makanan dan minuman cukup sulit. Maka ketika ada makanan dan minuman
yang memiliki sisa banyak tidak ada salahnya untuk menyumbangkan kepada pihak
yang membutuhkan tersebut. Apalagi dengan menyumbangkan kepada pihak yang
membutuhkan seperti mendayung dua pulau terlewati. Dimana dalam satu kegiatan
yaitu menyumbangkan makanan dapat melakukan dua hal secara bersamaan yaitu
menyambung hidup seseorang dan meningkatkan rasa saling tolong menolong.
#3. Menerapkan Prinsip PAM
PAM
merupakan singkatan dari Perhitungkan, Ambil, dan Makan. Prinsip dari PAM ini
memiliki target yaitu untuk orang-orang yang diundang dalam sebuah pesta
pernikahan. Didalam prinsip PAM ini terdiri dari tiga pilar yang saling terikat
satu sama lain. Prinsip perhitungkan merupakan sebuah pemahaman akan batasan
seberapa makanan dan minuman yang dapat ditampung oleh perut. Setelah mengetahui
batasan tersebut maka akan lanjut ke pilar ambil. Pada pilar ambil disini memiliki
arti bahwa makanan dan minuman dapat diambil setelah selesai melakukan
perhitungan kapasitas perut yang dimiliki. Ketika diambil makanan dan minuman
tersebut maka tahap selanjutnya adalah memakannya. Dengan adanya ketiga pilar
tersebut maka sampah yang dihasilkan dari sisa makanan dan minuman yang tidak
dikonsumsi dapat ditekan pada pesta pernikahan.
#4. Mengajarkan Anak Tidak Memilih
Makanan
Anak
didalam sebuah keluarga terkadang diikut sertakan dalam menghadiri kegiatan
pesta pernikahan. Apalagi dengan adanya embel-embel makan gratis dipesta
pernikahan terkadang menjadi kesempatan yang bagus. Walaupun demikian ternyata
jika diterusuri membawa anak untuk mengikuti pesta pernikahan dapat diibaratkan
seperti pisau bermata dua. Disatu sisi dapat memberikan hal yang baik karena
dapat mengurangi biaya akan membeli kebutuhan akan makanan dan minuman. Tetapi
disisi lain menimbulkan hal kurang baik yaitu makanan akan menjadi lebih banyak
peluang tidak terkonsumsi karena sifat anak yang memilih-milih. Maka dari itu
agar dapat meminimalisir akan peningkatan volume sampah akibat makanan dan
minuman yang tidak dikonsumsi saat pesta pernikahan maka para orang tua yang
membawa anak harus mengajarkan anaknya tidak memilih makanan dan minuman yang
akan dikonsumsi.
Memang
pada dasarnya ada banyak sekali cara yang bisa dilakukan untuk dapat
meminimalisir akan sampah makanan
dan minuman yang dihasilkan ketika pesta pernikahan berlangsung. Namun menurut
penulis salah satu contoh cara yang dapat dilakukan telah dipaparkan diatas. Nah,
apakah para pembaca setuju akan cara-cara yang telah dipaparkan oleh penulis
atau para pembaca memiliki cara lainnya???. Apabila para pembaca memiliki hal
yang berbeda tidak ada salahnya untuk memaparkan didalam kolom komentar agar
dapat menjadi pembahasan yang lebih dalam akan menekan sampah makanan dan minuman yang dihasilkan saat pesta pernikahan
berlangsung.
Diharapkan
dengan adanya tulisan ini dapat setidaknya memberikan sebuah informasi yang
bermanfaat bagi anda para pembaca yang akan melakukan pesta pernikahan. Dimana pesta
pernikahan yang akan dilakukan setidaknya dapat menekan sampah makanan dan minuman yang dihasilkan dari sisa-sisa ataupun
yang tidak bisa dikonsumsi. Sehingga dengan hal tersebut diujungnya kegiatan
pesta pernikahan akan dapat bebas sampah makanan dan minuman serta dapat menerapkan prinsip gaya hidup minim sampah makanan karena tidak menghasilkan food waste. Serta dampak kurang baik
seperti Tragedi Longsor Sampah di TPA
Leuwigajah tidak dapat terjadi lagi dimasa depan terutama di TPA yang
berada di seluruh negara Indonesia.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi ada para pembaca khususnya para pengantin yang mau melakukan kegiatan pesta pernikahan. Terima kasih sudah membaca tulisan ini.
Sumber
tulisan, gambar, dan video:
- https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/01/22/angka-pernikahan-di-indonesia-menurun-pada-2019#:~:text=Secara%20nasional%2C%20angka%20pernikahan%20pada,2018%20yang%20berjumlah%202.016.380
- https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/01/21/1854/hasil-sensus-penduduk-2020.html#:~:text=Hasil%20Sensus%20Penduduk%20(SP2020)%20pada,sebanyak%20141%20jiwa%20per%20km2
- https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/11/01/komposisi-sampah-di-indonesia-didominasi-sampah-organik
- https://egsa.geo.ugm.ac.id/2019/10/19/sejauh-manakah-inovasi-pengelolaan-sampah-di-indonesia/#:~:text=Sebagian%20besar%20pengelolaan%20sampah%20TPA,ulang%20meskipun%20tidak%20banyak%20digunakan
- https://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/pr-01274832/klipingpr-tragedi-longsor-sampah-di-tpa-leuwigajah-394179
- https://kumparan.com/kumparannews/mengenang-tragedi-15-tahun-longsor-sampah-di-tpa-leuwigajah-cimahi-1syHik3jMIz#:~:text=Mengenang%20Tragedi%2015%20Tahun%20Longsor%20Sampah%20di%20TPA%20Leuwigajah%20Cimahi,-Konten%20ini%20diproduksi&text=Gunungan%20sampah%20sepanjang%20200%20meter,Kampung%20Pojok%2C%20tertutup%20longsoran%20sampah
- https://pixabay.com/id/photos/gaun-pengantin-pengantin-pernikahan-1486005/
- https://pixabay.com/id/photos/kertas-bisnis-keuangan-dokumen-3213924/
- https://pixabay.com/id/illustrations/teka-teki-jantung-cinta-dua-hati-1721619/
- https://www.youtube.com/watch?v=zJty02-XPdA
- https://pixabay.com/id/vectors/jagung-tongkol-jagung-makanan-311835/
- https://pixabay.com/id/photos/paris-montmartre-jalan-trotoar-3193674/
Belum ada tanggapan untuk "Minimimalkan Sampah Makanan Dan Minuman Saat Melakukan Pesta Pernikahan"
Posting Komentar