Sudah
sejak lama perubahan iklim memberikan dampak yang signifikan pada cuaca pada
berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Kini dampak hal tersebut begituh
terasa nyata dalam bentuk suhu udara yang meningkat secara drastis. Pada
beberapa bulan ke belakang sampai saat ini cuaca terasa lebih panas dari pada
biasanya. Bahkan akibat cuaca yang panas ini membuat berbagai tempat mengalami
kekeringan atau kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersih. Jika pun ada
biasanya harga yang ditawarkan cukup mengambil jatah pada kebutuhan hidup yang
lainnya. Kondisi tersebut sampai masuk ke dalam salah satu berita seperti pada
video diatas.
Padahal
jika ke informasi musim yang diketahui oleh masyarakat secara umum pada bulan
yang berakhiran -ber. Contoh bulan tersebut seperti September, Oktober,
November, dan Desember merupakan bulan yang seharusnya memasuki musim hujan.
Sehingga cuaca yang panas akibat musim kemarau tersebut sudah seharusnya
berganti menjadi musim hujan. Tetapi pada kenyataan sampai saat bulan Oktober
tanda-tanda musim hujan berupa air yang turun karena hujan belum juga ada.
Walaupun terkadang jika melihat ke atas langit menunjukan mau hujan tetapi
terkadang tidak ada air yang turun. Jika pun terjadi hujan terkadang intensitas
tidak begituh lama. Sehingga ketika sudah terjadi hujan biasanya langsung
disambut hangat oleh terik panas yang begituh menyengat sampai ke
tulang-tulang.
Perubahan
iklim yang mengakibatkan peningkatan suhu terjadi karena beberapa faktor
seperti deforestasi, pembakaran hutan, dan peningkatan emisi gas rumah kaca.
Masih ingatkah pada beberapa kasus yang terjadi di masyarakat yang sampai
menyedot perhatian masyarakat secara luas. Salah satu kasus tersebut dikenal
oleh masyarakat dengan nama “Foto Prewedding Berujung Kebakaran”. Pastinya para
pembaca sekalian ada yang sudah mengetahui akan kejadian tersebut dari berbagai
macam media sosial atau informasi. Tetapi tidak menutup kemungkinan masyarakat
yang lain sebagai pembaca belum mengetahui atas kejadian tersebut. Disinilah
penulis akan memaparkan secara permukaan terkait kasus tersebut agar para
pembaca yang belum mengetahuinya menjadi tahu.
Kebakaran
tersebut terjadi di Bukit Teletubbies atau savana di Bromo akibat foto pre
wedding menggunakan flare. Hal tersebut dibenarkan oleh Letkol ARM Heri
Budiasto selaku Dandim 0820 Probolinggo. Perstiwa tersebut terjadi pada Rabu
(6/9/2023) saat waktu berada di siang hari di pukul 12.30 WIB.
Berdasarkan
informasi oleh petugas lapangan yang berpatroli di Blok Savana memaparkan bahwa
kebakaran bermula dari asap flare yang tampak di Blok Lembah Watangan atau
Bukit Teletubies. Sumber kebakaran dari alat-alat properti yang digunakan di
kegiatan pre wedding oleh sepasang kekasih yang dibantu oleh kru. Sehingga
adanya kebakaran terjadi Petugas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS)
lantas melapor kepada Kepolisian Sektor (Polsek) Sukapura, Kabupaten
Probolinggo. Setelah itu langsung banyak pihak terlibat dalam memadamkan
kebakaran yang terjadi.
Setiap
adanya aksi yang dilakukan pasti akan menimbulkan reaksi yang terjadi
begituhpun dengan kasus kebakaran. Ada banyak sekali reaksi atau dampak yang
dihasilkan dari kasus tersebut. Pertama wisata ditutup sehingga roda ekonomi
masyarakat sekitar sudah pasti mengalami kerugian. Kedua rusaknya pipa penyalur
air bersih bagi kebutuhan hidup masyarakat. Tentunya akan banyak sekali dampak
yang terjadi akibat kasus tersebut tetapi salah satunya telah dipaparkan
diatas.
Untuk
lebih jelasnya mengenai kasus tersebut alangkah baiknya jika para pembaca
membaca lebih lanjut di media internet agar lebih memahami.
Berbicara
kebakaran yang terjadi nyatanya tidak hanya di Blok Lembah Watangan atau Bukit
Teletubies tetapi ditempat lainnya juga terjadi. Dari sekian banyak tempat
tersebut salah satu tempatnya berada di Tempat Pembuangan Akhir (TPU). Salah
satu TPU yang mengalami kebakaran seperti TPA Jatiwaringin, TPA Sarimukti, dan TPA
Kopi Luhur.
Kebakaran
yang terjadi di TPU tidak hanya menghancurkan secara fisik tempat tersebut
tetapi membawa dampak dalam berbagai bidang seperti sosial, ekonomi, dan
lingkungan. Secara sosial adanya kebakaran TPU menimbulkan trauma dan kesedihan
bagi keluarga yang mengalami kehilangan korban jiwa. Dampak ekonomi berupa
biaya pemugaran dan pembangunan kembali TPU yang membutuhkan dana yang sangat
besar belum lagi adanya kerugian materi karena terjadi kebakaran. Sedangkan
dampak lingkungan berupa polusi udara sampai merusak ekosistem sekitar.
Faktor
terjadinya kebakaran di TPU melibatkan sejumlah variabel yang kompleks. Tetapi
salah satu faktor utama berupa pengelolaan, jumlah, dan pembakaran sampah.
Sebagian besar pengelolaan TPA yang ada di Indonesia menggunakan metode open
dumping dan landfill. Metode open dumping merupakan metode yang paling
sederhana. Hal tersebut karena sampah yang dihasilkan akan berakhir di TPA
tanpa menjalani proses lebih lanjut. Sedangkan untuk metode landfill berupa
sampah yang berakhir di TPA akan diratakan dan dipadatkan menggunakan lapisan
tanah dibantu oleh alat berat. Kedua metode tersebut kurang ramah lingkungan
yang akhirnya akan memberikan dampak ke pada iklim seperti saat ini.
Berdasarkan
laporan The Atlas of Sustainable Development Goals 2023 dari Bank Dunia. Isi
dari laporan tersebut memaparkan bahwa di tahun 2020 Indonesia memproduksi 65,2
juta ton sampah. Angka tersebut membuat Indonesia berada di urutan ke-5 secara
global sebagai negara penghasil sampah terbesar. Angka tersebut bisa saja
menjadi naik secara signifikan karena dua hal seperti aktifitas konsumsi dan
jumlah masyarakat.
Di
dalam menjalani kehidupan bersamasyarakat juga ada banyak sekali kegiatan yang
dilakukan salah satunya kegiatan membakar sampah. Pada umumnya kegiatan
tersebut dilakukan oleh oknum yang ada di masyarakat saat hari-hari libur
seperti Sabtu atau Minggi ketika waktu berada di pagi hari. Ketika sampah yang
dibakar tersebut berasa kurang terkadang oknum akan mencari sampah-sampah lain
di sekitar lingkungannya untuk dibakar. Jika melihat dalam waktu singkat
kegiatan membakar sampah ditinjau dari sudut pandang oknum pasti berfikir
positif. Dimana salah satu alasan melakukan kegiatan membakar sampah agar dapat
menghemat uang iuran untuk sampah sehingga bisa dialihkan untuk membeli
kebutuhan hidup lainnya yang lebih mendesak.
Bukti
atas kegiatan oknum di masyarakat sudah pasti para pembaca dapat melihatnya
secara langsung melalui mata telanjang. Salah satu contoh bukti tersebut
dialami oleh seseorang warga yang berasal dari Tajurhalang, Kabupaten Bogor.
Dimana seseorang warga tersebut mengalami ada oknum disekitar tempat tinggalnya
yang melakukan membakar sampah sembarangan sehingga menimbulkan polusi asap.
Untuk lebih jelasnya salah satu pemaparan seseorang warga tersebut berupa:
"Saya mau curhat masalah lingkungan. Sekitar tempat tinggal saya itu ada warga suka bakar sampah sembarangan, daun kering atau sampah rumah tangga. Saya sebagai keluarga yang punya bayi di rumah, ada anak kecil juga itu merasa terganggu. Apalagi setiap malam, setiap siang, itu asapnya masuk sampai rumah," ujar salah seorang warga dengan nama samaran C dalam program Jumat Curhat detikPagi, Jumat (22/9/2023).
Sudah
pasti terjadinya kebakaran yang ada di TPS tersebut tidak terjadi begituh saja
tetapi ada serangkaian hal yang menyebabkannya. Jika melihat secara teori
dipaparkan terjadinya kebakaran karena adanya konsep Tiga Elemen Api atau segitiga api. Arti dari
Tiga Elemen Api berupa bahan bakar, oksigen, dan panas. Konsep tersebut
tentunya tidak diciptakan oleh satu tokoh tunggal tetapi hasil dari kontribusi
berbagai macam ilmuan atas penelitian yang dilakukan dengan jenjang waktu yang
cukup lama. Namun salah satu tokoh ilmuan tersebut bernama Antoine Lavoisier.
Antoine
Lavoisier dikenal oleh masyarakat sebagai ilmuan kebangsaan Prancis di abad
ke-18. Tokoh tersebut memainkan peran yang penting dalam mengembangkan
pemahaman terkait pembakaran. Melalui eksperimennya tokoh tersebut telah
membuktikan bahwa kebakaran merupakan hasil dari reaksi kimia antara bahan
bakar dan oksigen dari udara yang menghasilkan gas karbon dioksida. Sehingga
hasil penelitian tersebut menjadi dasar pemahaman modern tentang sifat dasar
api dan telah membantu membentuk dasar teoritis untuk ilmu kimia dan ilmu-ilmu
terkait lainnya.
Dalam
konteks kebakaran di TPS maka konsep Tiga Elemen Api menjadi sangat relevan.
Bahan bakar berasal dari sampah padat yang mudah terbakar seperti kertas,
plastik, dan bahan organik lainnya. Oksigen berasal dari udara yang hadir di
sekeliling sampah. Sedangkan sumber panas berasal dari paparan sinar matahari
yang kuat seperti saat ini atau pembakaran yang tidak terkontrol seperti
kegiatan masyarakat yang membakar sampah. Adanya ketiga elemen yang bersatu
tersebut memungkinkan terjadinya kebakaran di beberapa TPS seperti yang
dipaparkan oleh media massa. Jika sudah terjadi kebakaran di TPS akan
memberikan dampak terhadap perubahan iklim.
Memang
ada berbagai solusi yang dapat dilakukan dalam mengurangi terjadinya kebakaran
di TPS tetapi salah satunya berupa mengurangi sampah yang harus berakhir di
TPS. Dengan mengurangi sampah di TPS maka faktor bahan bakar seperti sampah
yang mudah terbakar menjadi menghilang sehingga terjadinya kebakaran dapat
ditekan seminimal mungkin. Sekian banyak pihak yang terlibat salah satunya
bernama Indonesian Babywearers.
Apa itu Indonesian Babywearers???
Indonesian Babywearers merupakan komunitas yang diawali untuk mengedukasi atas kegiatan
cara menggendong bayi. Apalagi dengan cara gendong bayi yang dlakukan akan
dapat memengaruhi pertumbuhan bayi khususnya pada bagian tulang belakang. Maka
dari itu kini komunitas tersebut hadir untuk mengedukasi para orang tua seputar
cara menggending bayu didasari pada ilmu pengetahuan sehingga saat melakukan
kegiatan menggendong akan sangat aman bagi pertumbuhan sang buah hati.
Komunitas tersebut juga mengutamakan kenyamanan sang Mama dalam menggendong
buah hati agar dapat menjalin ikatan antara sang mama dengan sang buah hati.
Kominitas
tersebut kini telah memiliki banyak sekali anggota didalamnya jika harus
dihitung sekitar 139.428 anggota pada grup Facebook dan 30.300 pengikut di
Instagram. Komunitas tersebut juga sudah tersebar ke berbagai macam kota yang
ada di Indonesia seperti Jabodetabek, Aceh, Bali, Mataram, Makassar, Kediri,
Bandung, Semarang dan masih banyak lagi. Kegiatan yang dilakukan tidak hanya
berfokus kepada memberikan edukasi saja tetapi juga dapat menjadi wadah bagi
para orang tua untuk menjalin relasi dan pertemanan. Hal tersebut terbukti dari
berbagai macam kegiatan yang dilakukan salah satunya dikenal dengan nama Rabu Kering (Dry Wednesday).
Program
tersebut terkait dengan pengurangan sampah organik. Dimana sampah organik yang
dihasilkan ditekan seminimal mungkin tidak dibuang ke TPS pada hari Rabu.
Program tersebut mendorong masyarakat agar dapat mempraktikan kegiatan
komposting dan mengolah sampah organik sebagai alternatif dalam mengolah sampah
organik yang dihasilkan.
Program
yang dijalankan tersebut bertujuan untuk dapat mengurangi beban TPS terhadap
sampah. Selain itu didorong pula pengelolaan sampah dalam menerapkan prinsip
pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Adanya program tersebut dapat menjadi
salah satu cara yang efektif dalam mengurangi dampak negatif dari sampah
organik seperti kebakaran di TPS karena terdapat bahan bakar didalamnya.
Untuk
dapat menyukseskan atas program tersebut maka dibutuhkan pemaparan atas langkah
yang mudah dan gampang untuk dilakukan sekalipun oleh anak kecil. Maka dari itu
berikut ini beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk merealisasikan program Rabu Kering (Dry Wednesday) dengan mengurangi sampah organik yaitu:
- Pemisahan
Sampah di Rumah. Ibu-ibu di rumah bisa memulai dengan
memisahkan sampah organik (sisa makanan, daun, dll.) dari sampah non-organik
(plastik, kertas, dll.) setiap hari. Ini adalah langkah awal penting dalam
pengurangan sampah organik. Sedangkan untuk anak-anak juga dapat membantu untuk
memisahkan sampah yang dihasilkan dari kegiatan yang telah dilakukan. Tentunya
disini dibutuhkan peran orang tua untuk membimbingnya karena anak tidak
mengetahui akan ilmu tersebut.
- Komposting
di Rumah. Ibu-ibu dan anak-anak kecil bisa mengajukan ide untuk
membuat tempat komposting di halaman rumah. Dalam point ini sampah organik
seperti sisa makanan dapat diolah menjadi kompos yang berguna sebagai pupuk
tanaman. Anak-anak dapat membantu dengan memasukkan sampah organik ke dalam
komposter setiap hari.
- Pengurangan
Pembelian Produk Organik. Mengurangi pembelian produk-produk
yang dikemas dalam bahan organik seperti menggunakan tas belanja kain alih-alih
plastik dapat mengurangi sampah organik yang dihasilkan.
- Meminimalkan
Sisa Makanan. Anak-anak dan ibu-ibu dapat membantu
dengan mengajarkan pengaturan porsi makanan yang sesuai untuk menghindari sisa
makanan yang terlalu banyak. Dengan meminimalkan sisa makanan sampah organik
yang dihasilkan pun berkurang.
- Penggunaan
Sisa Makanan. Mengajarkan anak-anak dan ibu-ibu cara
menggunakan kembali sisa makanan seperti membuat saus dari sayuran yang sudah
tidak segar atau membuat sup dari sisa-sisa daging, dapat mengurangi pembuangan
sampah organik.
- Pendidikan
dan Kesadaran. Ibu-ibu dapat melibatkan anak-anak dengan
mendiskusikan pentingnya pengurangan sampah organik dan dampak positifnya
terhadap lingkungan. Pengetahuan ini dapat membuat anak-anak lebih peduli dan
ingin berpartisipasi aktif dalam program Rabu Kering.
Melalui
langkah-langkah sederhana yang telah dipaparkan untuk dapat menyukseskan
program Rabu Kering yang dapat
diimplementasikan secara mudah oleh masyarakat. Apakah para pembaca memiliki
langkah yang berbeda dari yang telah dipaparkan oleh penulis?. Jika ada tidak
ada salahnya untuk memaparkan hal tersebut didalam kolom komentar agar terjadi
interaksi antara para pembaca dan penulis dalam ilmu pengetahuan khususnya pada
langkah nyata untuk program Rabu Kering.
Realisasinya
program Rabu Kering pastinya membutuhkan
partisipasi aktif dari banyak masyarakat agar dampak yang dihasilkan besar.
Semakin banyak masyarakat yang terlibat didalam program tersebut maka dampak
yang dihasilkan semakin baik. Adanya keterlibatan banyak orang yang berasal
dari masyarakat akan dapat mengurangi jumlah sampah organik yang dihasilkan
dengan berakhir di TPS.
Dalam
rangka merealisasikan program Rabu Kering tentunya dibutuhkan keterlibatan dari pihak pemerintah. Pemerintah
memiliki peran yang sangat vital dalam menyusun regulasi yang akan menyusun
regulasi yang akan mendukung program Rabu Kering tersebut. Adanya penerapan terhadap regulasi dapat membatasi pembuangan
sampah organik ke TPS sampai hal lainnya yang menguntungkan bagi pihak-pihak
yang terlibat didalamnya. Tentunya lebih dari itu saja adanya keterlibatan
pihak pemerintah dalam program Rabu Kering dapat menjadi tonggak utama menuju masyarakat yang lebih sadar
lingkungan dan dunia yang lebih berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Banyaknya
pihak seperti masyarakat komunitas bernama Indonesian Babywearers dan pemerintah akan dapat menyukseskan program Rabu Kering. Dimana ketiga pihak yang
terlibat tersebut memiliki peran masing-masing yang saling terkait satu sama
lain. Peran masyarakat untuk menjadi roda penggerak dari program Rabu Kering. Peran dari komunitas
bernama Indonesian Babywearers untuk
memberikan ilmu pengetahuan sampai penyuluhan bagi masyarakat terkait seluk
beluk dari program Rabu Kering.
Sedangkan pihak pemerintah memiliki peran sebagai pihak sebagai pembuat
regulasi sejelas-jelasnya sampai ke akar agar pihak pengelola atau pihak
lainnya dari program Rabu Kering
akan dapat merealisasikan program tersebut.
Kini
saat bumi sedang mengalami kerusakan iklim yang cukup memprihatinkan salah
satunya disebabakan oleh banyaknya TPS yang terjadi kebakaran. Maka adanya
program Rabu Kering dapat muncul
sebagai solusi konkret dalam mengatasi masalah tersebut. Melalui pengurangan
jumlah sampah organik yang berakhir di TPS maka akan mengurangi potensi
kebakaran di TPS karena bahan bakar untuk pembakaran sudah ditekan seminimal
mungkin. Sehingga diakhirnya dapat memitigasi perubahan iklim yang terjadi akibat
emisi gas rumah kaca dari pembusukan sampah organik atau dari kebakaran di TPS.
Melalui
keterlibatan aktif masyarakat dan dukungan pemerintah maka program Rabu Kering tidak hanya menjadi langkah
proaktif dalam menjaga lingkungan lokal. Tetapi program tersebut merupakan
bagian dari upaya global untuk menyelamatkan bumi tercinta bagi generasi masa
datang. Melalui tindakan program kecil bernama Rabu Kering yang dilakukan hari ini akan memberikan dampak yang
besar pada iklim dan meninggalkan sebuah warisan yang lebih hijau untuk
generasi mendatang khususnya saat merealisasikan Indonesia Emas 2045 yang akan
datang dimasa depan nanti. Saat Indonesia Emas 2045 tersebut kondisi Indonesia
dapat menjadi negara maju dan menyelesaikan berbagai masalah didalamnya seperti
masalah akan perubahan iklim karena TPS yang kebakaran.
Semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.
Sumber
tulisan, gambar, dan video:
- https://www.tvonenews.com/channel/news/141471-kronologis-foto-prewedding-berujung-kebakaran
- https://www.sukabumiupdate.com/nasional/126643/3-dampak-kebakaran-gunung-bromo-akibat-foto-prewedding-pakai-flare
- https://www.kompas.com/tren/read/2023/09/20/103000265/5-kebakaran-tpa-di-indonesia-selama-september-2023?page=all
- https://egsa.geo.ugm.ac.id/2019/10/19/sejauh-manakah-inovasi-pengelolaan-sampah-di-indonesia/#:~:text=Sebagian%20besar%20pengelolaan%20sampah%20TPA,ulang%20meskipun%20tidak%20banyak%20digunakan
- https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/06/27/penduduk-indonesia-hasilkan-sampah-250-kg-setahun-terbanyak-ke-5-di-asean
- https://news.detik.com/berita/d-6944904/warga-curhat-soal-bakar-sampah-kapolres-bogor-instruksikan-kasat-cek-tkp
- https://www.popmama.com/baby/0-6-months/khopida-rahma/profil-komunitas-indonesian-babywearers?page=all
- https://www.youtube.com/watch?v=OCkNNgMjn7Y
- https://www.youtube.com/watch?v=5VMQMs19qWw
- https://www.youtube.com/watch?v=Auk7aYyOXBs
- https://www.youtube.com/watch?v=HRYd4E1XwSk
- https://www.youtube.com/watch?v=aoMS5IFOz2A
- https://www.youtube.com/watch?v=Yz1WrKo7QSk
- https://www.facebook.com/indonesianbabywearers/?locale=id_ID
- https://www.youtube.com/watch?v=_lIdQlevFV0
- https://www.instagram.com/p/CvoqSt8pa9p/?igshid=MTc4MmM1YmI2Ng==
- https://www.youtube.com/watch?v=TR-cmoaNj0I
Belum ada tanggapan untuk "Mengatasi Dampak Perubahan Iklim dan Kebakaran di TPS melalui Partisipasi Masyarakat dan Peran Pemerintah"
Posting Komentar