Peran Pendidikan dalam Transformasi Jepang dan Tantangan Biaya Pendidikan di Indonesia Untuk Membangun Masa Depan yang Beragam melalui Program Menanam Sayur di Sekolah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat terlihat dari berbagai negara yang menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama. Salah satu contoh yang mencolok adalah Jepang pada masa lampau ketika mengalami serangan bom atom oleh sekutu di dua kotanya. Peristiwa tersebut benar-benar menghancurkan Jepang dan pada akhirnya mereka menyerah kepada sekutu tanpa syarat.

Pada saat itu, berbagai infrastruktur penopang kehidupan masyarakat Jepang menjadi rusak. Bahkan lingkungan tempat tinggal mereka mungkin tidak layak huni karena efek kimia dari bom atom yang dijatuhkan. Proses pemulihan Jepang seharusnya sulit dan memerlukan upaya yang besar. Namun, saat ini kita bisa melihat bahwa Jepang telah menjadi salah satu negara maju di dunia dan bahkan menjadi pusat perkembangan teknologi yang canggih.

Perubahan kehidupan masyarakat Jepang tersebut terjadi melalui pendidikan. Pasca Perang Dunia II, pemerintah Jepang memberikan prioritas tinggi pada pendidikan berkualitas. Mereka membangun sistem pendidikan yang kuat dengan fokus pada pendidikan umum, sains, dan teknologi. Pemerintah menginvestasikan dana yang besar dalam bidang pendidikan, termasuk penelitian dan pengembangan ilmiah, yang dikombinasikan dengan pendidikan berkualitas. Hal ini membuat Jepang menjadi pemimpin di berbagai bidang, termasuk teknologi, industri otomotif, elektronik, dan banyak lagi.

Untuk Indonesia dapat mencapai kemajuan seperti yang terjadi di Jepang, kita juga perlu mengikuti jejak mereka dalam bidang pendidikan. Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya agar masyarakat dapat memperoleh pendidikan, salah satunya melalui program wajib sekolah selama 9 tahun. Harapannya, seluruh masyarakat Indonesia dapat menempuh jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, hingga SMA sebagai pendidikan formal. Pendidikan yang diberikan ini setidaknya dapat menjadi pegangan dalam menjalani kehidupan.

Namun, masyarakat harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mendapatkan pendidikan di Indonesia. Biaya pendidikan di Indonesia terus meningkat di setiap jenjang pendidikan formal. Hal ini sejalan dengan data yang disampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk tahun ajaran 2020/2021 pada berbagai jenjang pendidikan. Biaya pendidikan Sekolah Dasar (SD) mencapai Rp 3,24 juta, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar Rp 5,59 juta, Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar Rp 7,8 juta, dan pendidikan perguruan tinggi membutuhkan biaya sebesar Rp 14,47 juta.

Dengan kesadaran akan pentingnya pendidikan, pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk mengatasi tantangan biaya pendidikan. Ini termasuk memberikan kesempatan yang lebih luas bagi semua lapisan masyarakat untuk memperoleh pendidikan berkualitas tanpa membebani mereka secara finansial. Pendidikan yang terjangkau dan berkualitas akan menjadi pondasi kuat bagi kemajuan Indonesia dalam berbagai sektor.

Jumlah tersebut ternyata hampir mencapai dua kali lipat dibandingkan dengan jenjang pendidikan sebelumnya. Padahal dalam kehidupan sehari-hari, biaya yang dibutuhkan tidak hanya untuk pendidikan, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan hidup. Biaya kebutuhan hidup ini mengalami kenaikan yang cukup membebani keuangan. Namun, kenaikan tersebut tidak diimbangi dengan kenaikan gaji yang diterima seseorang. Akibatnya, banyak keluarga yang harus mengambil beberapa langkah, seperti mengurangi konsumsi atau bahkan memutuskan untuk tidak memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka. Jika memilih mengurangi konsumsi, hal itu akan berdampak pada aspek lain, sehingga tidak mengherankan jika banyak masyarakat memilih untuk mengabaikan pendidikan demi memenuhi kebutuhan hidup.

Berdasarkan data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) untuk tahun ajaran 2020/2021, terdapat sekitar 83,7 ribu anak yang mengalami putus sekolah di seluruh Indonesia. Anak-anak ini mengalami putus sekolah pada berbagai tingkatan, mulai dari SD, SMP, SMA, hingga SMK, baik sekolah negeri maupun swasta. Secara rinci, jumlah anak yang putus sekolah pada tingkatan SD sebanyak 44.516 orang, SMP sebanyak 11.378 orang, SMA sebanyak 13.879 orang, dan SMK sebanyak 13.950 orang. Jumlah ini, dengan atau tanpa kita sadari, akan berdampak pada keberagaman bangsa Indonesia di masa depan.

Padahal, sekolah merupakan tempat yang sangat penting dalam memberikan pendidikan formal, membentuk karakter, dan memberikan pengetahuan kepada generasi muda. Selain itu, di sekolah juga diajarkan kebiasaan hidup sehat dan pola makan yang baik. Oleh karena itu, sekolah saat ini tidak hanya fokus pada pemberian ilmu pengetahuan, tetapi juga bertransformasi dalam berbagai aspek. Salah satu contoh transformasi tersebut terjadi di sekolah yang berlokasi di Banyuwangi, Jawa Timur.

Melakukan kegiatan menanam sayur di lingkungan sekolah memberikan banyak manfaat. Pertama, kegiatan ini memberikan pemahaman kepada siswa tentang pentingnya menanam tanaman dan pertanian dalam menyediakan makanan sehat. Selain itu, siswa juga belajar tentang proses pertumbuhan tanaman dan hal-hal lain seperti kebutuhan tanah yang subur dan perawatan yang baik. Semua hal ini akan dipelajari dan dipahami oleh para siswa, sehingga mereka akan menghargai makanan yang mereka konsumsi di masa depan.

Selain itu, kegiatan menanam sayur di sekolah juga mengajarkan siswa tentang tanggung jawab dan kerjasama dalam tim. Mereka akan merawat dan mengurus tanaman dengan penuh tanggung jawab, termasuk memberikan air, menyiangi gulma, dan memberikan pupuk. Dalam proses kegiatan ini, siswa belajar untuk bekerja sama, menghargai peran masing-masing, dan merasakan kebanggaan ketika tanaman yang mereka tanam tumbuh subur dan menghasilkan buah.

Dalam mengimplementasikan program menanam sayur di sekolah, tentunya diperlukan berbagai macam infrastruktur seperti bedengan dan tempat penanaman sayur di kebun sekolah. Oleh karena itu, tidak ada salahnya melibatkan para siswa dari berbagai tingkat kelas yang telah diorganisir menjadi tim. Setiap tim akan bertanggung jawab terhadap jenis sayur yang mereka tanam. Sebelum melakukannya, para siswa akan diberikan penjelasan mengenai berbagai hal, termasuk cara menanam, waktu panen, dan manfaat kesehatannya.

Selama proses penanaman, para siswa akan dibimbing dan didampingi oleh beberapa guru. Para guru akan mengawasi aspek-aspek seperti teknik penanaman yang benar, pemilihan bibit yang baik, dan pemeliharaan tanaman secara umum. Selama kegiatan menanam, para guru juga akan menyampaikan pengetahuan tentang manfaat yang akan dirasakan ketika mengonsumsi sayuran yang mereka tanam sendiri. Hal ini bertujuan agar para siswa memiliki kesadaran untuk gemar mengonsumsi makanan sehat dengan menggunakan sumber daya lokal yang mereka tanam secara mandiri.

Setelah beberapa bulan, hasil dari kebun sekolah akan mulai terlihat. Para siswa akan antusias dalam melakukan kegiatan memanen sayuran yang mereka tanam sendiri. Mereka akan belajar tentang waktu panen yang tepat, teknik memetik sayuran yang benar, dan memilah sayuran yang sudah matang. Hasil panen ini akan digunakan oleh para siswa sebagai bahan di dapur sekolah dan dapat dikonsumsi oleh mereka dan keluarga mereka.

Program menanam sayur di fasilitas sekolah ini akan mendapatkan respons positif dari berbagai pihak, termasuk siswa, orang tua, dan pihak sekolah. Para siswa akan merasa senang dan bangga karena terlibat secara langsung dalam proses menanam sayur dan memetik hasilnya. Orang tua juga akan mengapresiasi upaya sekolah dalam memberikan pendidikan tentang pola makan sehat kepada anak-anak mereka. Sekolah sendiri akan mendapatkan manfaat berupa peningkatan minat siswa terhadap dunia pertanian dan pemahaman akan pentingnya mengonsumsi sayur dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, terdapat hal menarik terkait dunia pertanian yang terkait dengan dunia sekolah. Pada kali ini, pihak pengelola sekolah dapat membayar biaya yang tinggi dengan menggunakan hasil sayur-mayur. Hal ini dilakukan oleh seseorang yang saat itu berusia 34 tahun, pada tahun 2005, ketika dia mendirikan SD dan SMP Alam di bawah naungan Yayasan Banyuwangi Islamic School. Luas lahan yang digunakan untuk membangun fasilitas ini mencapai 3.000 meter persegi. Pada saat itu, jumlah siswa yang mengikuti fasilitas tersebut baru sebanyak 70 siswa. Pendiri sekolah tersebut dikenal dengan nama Muhammad Farid.

Farid pada saat itu menjabat sebagai Kepala Sekolah SMP Alam. Untuk pengelolaan SD, ia menyerahkan tanggung jawab kepada Suyanto, salah satu sahabat terbaiknya yang memiliki kapasitas terbaik. Ada hal unik dari sekolah tersebut, di mana biasanya sekolah memiliki ruang kelas dan bangku, tetapi di sekolah ini tidak. Pada saat itu, Farid hanya membangun sebuah aula besar dengan sebuah langgar alias mushala kecil, serta satu sanggar. Sedangkan sisanya, dibangun saung-saung sederhana namun kuat dengan menggunakan bahan kayu. Para siswa juga diberikan kebebasan untuk belajar di tempat tersebut. Bahkan, seragam yang diterapkan di sekolah tersebut hanya satu set untuk hari Senin dan Selasa, sedangkan untuk hari-hari lain, siswa bebas menggunakan pakaian biasa. Tidak diharuskan menggunakan sepatu, terutama bagi siswa yang tidak memilikinya.

Meskipun demikian, kualitas pendidikan di sekolah tersebut bisa diadu. Kurikulum yang digunakan merupakan gabungan antara pendekatan sekolah modern dan pondok pesantren Salafiyah. Sebagai hasilnya, para siswa akan mempelajari berbagai bahasa mulai dari Bahasa Arab untuk mempelajari Al-Qur'an, Bahasa Inggris, Jepang, hingga Mandarin. Bahasa Inggris menjadi bahasa pengantar di sekolah tersebut.

Sekali dalam seminggu, sekolah juga mengadakan kegiatan outbound di halaman sekolah. Tujuannya adalah untuk membangun karakter kepemimpinan yang terpendam dalam diri para siswa. Sekolah tersebut juga didirikan dengan kurikulum yang kreatif, karena bosan dengan metode yang sudah usang yang diterapkan di sekolah umum lainnya. Semua hal ini dapat ditemukan di fasilitas pendidikan bernama Yayasan Banyuwangi Islamic School (BIS).

BIS adalah sebuah yayasan pendidikan yang berlokasi di Banyuwangi, Jawa Timur. Tujuan pendirian yayasan ini adalah untuk menyediakan pendidikan berkualitas berbasis Islam bagi masyarakat setempat. Fokus utama yayasan ini adalah pengembangan pendidikan agama Islam yang seimbang dengan aspek-aspek lainnya, seperti pendidikan umum yang meliputi aspek akademik, moral, dan spiritual.

BIS juga menawarkan jenjang pendidikan yang berbeda, antara lain TK (Taman Kanak-Kanak), SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan SMA (Sekolah Menengah Atas). Fokus utama BIS adalah memastikan bahwa para siswa mendapatkan pendidikan yang komprehensif dalam berbagai bidang, mulai dari akademik, modal, hingga spiritual.

Selain fokus pada pendidikan formal, BIS juga menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri yang mendukung pertumbuhan holistik para siswanya. Para siswa diberikan perhatian khusus untuk mengembangkan bakat dan minat mereka dalam seni, olahraga, bahasa, dan kegiatan sosial. Tujuannya adalah menciptakan generasi muda yang berintegritas, berakhlak mulia, dan mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

Pada tahun 2010, pendiri BIS yang lahir pada tanggal 19 April 1976, menerima penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) dalam kategori pendidikan. Meskipun telah menerima penghargaan tersebut, ia tidak puas hanya memberikan dampak kepada masyarakat secara luas dengan menyediakan pendidikan berkualitas. Salah satunya adalah dengan membangun jaringan sekolah yang lebih luas, mencakup beberapa wilayah seperti Sumatera, Batam, Kalimantan Barat, Situbondo, Banyuwangi, dan bahkan negara seberang seperti Malaysia. Dengan melebarkan sayapnya, pendiri memastikan bahwa setiap sekolah yang didirikan menggunakan tenaga pengajar yang berkualitas untuk menjamin penyebaran ilmu pengetahuan. Akhirnya, setiap individu dalam masyarakat, terutama yang tidak memiliki akses terhadap pendidikan, kini memiliki kesempatan yang lebih luas. Hal ini akan mendorong Indonesia menjadi salah satu negara maju seperti Jepang yang memiliki teknologi canggih dalam kehidupan sehari-hari.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.

#SemangatUntukHariIniDanMasaDepanIndonesia #KitaSATUIndonesia

Sumber gambar dan tulisan:

  1. https://kumparan.com/satu_indonesia/sekolah-sayur-cetak-lulusan-berkualitas-tinggi/2
  2. https://dataindonesia.id/ragam/detail/makin-tinggi-jenjang-biaya-pendidikan-di-indonesia-makin-mahal
  3. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/09/07/jumlah-anak-putus-sekolah-dari-aceh-sampai-papua
  4. https://kumparan.com/satu_indonesia/sekolah-sayur-cetak-lulusan-berkualitas-tinggi/full
  5. https://anugerahpewartaastra.satu-indonesia.com/2023/assets/download/E-Book-SIA-2023-final.pdf
  6. https://pixabay.com/id/photos/buku-asia-anak-anak-anak-laki-laki-1822474/

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Peran Pendidikan dalam Transformasi Jepang dan Tantangan Biaya Pendidikan di Indonesia Untuk Membangun Masa Depan yang Beragam melalui Program Menanam Sayur di Sekolah"

Posting Komentar