Menghargai Keberagaman Melalui Tempat Ibadah Berdekatan

Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup majemuk. Kemajemukan negara Indonesia bisa terlihat dari beberapa hal seperti budaya, suku, bahasa, sampai agama yang dianut. Bukan hanya dari hal itu saja bahkan dari sisi semboyan saja sudah tercermin bahwa negara Indonesia merupakan negara yang majemuk. Dimana semboyan negara Indonesia dikenal dengan nama Bhinneka Tunggal Ika. Arti dari semboyan tersebut adalah berbeda-beda tetapi tetap satu.

Dikarena banyak perbedaan tersebut supaya tidak melebar kemana-mana dan tidak terfokus ditulisan ini hanya membahas mengenai topik keberagaman melalui agama. Agama yang diakui oleh pemerintah negara Indonesia ada sebanyak lima. Agama Islam, Kristen, Buddha, Hindu, dan Kong Hu Chu merupakan kelima agama tersebut. Setiap agama yang ada pastinya memiliki pandangan yang berbeda-beda. Untuk menyikapi perbedaan tersebut dibutuhkan toleransi antara umat beragama supaya negara Indonesia aman dan damai tidak terjadi perpecahan.

Ternyata untuk memiliki toleransi diantara umat beragama di negara Indonesia tidak semudah seperti yang dipikirkan. Banyak sekali kita sebagai masyarakat menemui beberapa kasus yang mengikis toleransi diantara umat beragama. Salah satu contoh kasus tersebut adalah konflik Aceh Singkil. Sebelum membahas lebih lanjut alangkah baiknya pada penulis memamaparkan terlebih dahulu akan konflik tersebut agar para pembaca mengetahui secara garis besar mengenai konflik tersebut.

Konflik Aceh Singkil merupakan sebuah konflik yang terjadi pada tahun 2015. Awal mula terjadi konflik tersebut terjadi pembakaran gereja. Dimana gereja yang dibakar merupakan Gereja HKI Suka Makmur di Aceh Singgil. Setelah itu maka beberapa gereja dibakar serta dibongkar lantaran dianggap tidak memiliki izin. Agar lebih jelasnya para pembaca lebih baik melihat video dibawah ini agar mengetahui secara garis besar akan konflik Aceh Singkil tersebut.

Jika dilihat dari dampak yang diberikan memang cukup berat. Dampak yang diberikan bisa terlihat dari jangka pendek dan jangka panjang. Untuk jangka pendek kita dapat melihat secara langsung bahwa berbagai macam kerugian dari mulai material sampai luka luka akibat konflik tersebut. Sedangkan untuk jangka panjang dampak yang diberikan adalah terkikisnya intoleransi akan umat beragama sampai ketidak percayaan anatara umat beragama. Jika sudah demikian maka yang akan rugi kita sendiri baik itu masyarakatnya atau pemerintah negara Indonesia.

Walaupun terjadi konflik seperti yang telah dipaparkan tetapi ada juga ditempat lain ada yang dapat beriringan walaupun berbeda agama yang dianut. Dimana tempat tersebut dapat kita lihat pada Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Dari dua tempat tersebut saja kita dapat menarik bahwa dua tempat tersebut melambangkan dua agama yang berbeda. Tetapi sampai saat ini tempat tersebut masih tetap dapat berjalan beriringan tanpa terjadi gesekan antara satu sama lain.

Sikap toleransi antara dua tempat ibadah tersebut dapat lebih terlihat ketika terjadi acara keagamaan diantara dua agama tersebut. Dalam hal lebih spesifik lagi sikap toleransi yang dilakukan diantara dua tempat tersebut adalah meminjamkan lahan parkir. Ya, walaupun ada beberapa orang yang berpendapat tindakan meminjamkan lahan parkir sederhana tetapi dampak yang diberikan tidak sesederhana yang dipikirkan. Dengan adanya lahan parkir yang dipinjamkan tersebut kini aktifitas akan orang-orang dalam menjalankan ditempat kedua ibadah tersebut dapat berjalan tanpa hambatan. 

Peminjaman lahan parkir tersebut biasanya dilakukan oleh kedua tempat ibadah tersebut ketika menjelang datangnya hari keagamaan dua agama tersebut. Masjid Istiqlal akan meminjamkan lahan parkirnya bagi umat Gereja Katedral untuk digunakan dihari-hari keagamaannya seperti pada saat hari Natal. Sedangkan Gereja Katedral akan meminjamkan lahan parkirnya bagi umat Masjid Istiqlal untuk digunakan dihari-hari keagamaan seperti pada saat hari Idul Fitri.

Di negara Indonesia sikap toleransi antara umat beragama tidak hanya terlihat pada kota Jakarta lebih tepatnya pada Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral tetapi bisa juga terlihat di kota-kota lainnya. Dimana salah satu tempat tersebut dapat kita lihat di kota Surabaya. Lebih spesifik lagi dapat terlihat pada Perumahan Royal Residence, Wiyung, Surabaya.

Dengan sikap toleransi pada Perumahan Royal Residence tersebut bahkan sampai cukup menarik perhatian dari masyarakat. Bagaimana tidak alasan menarik perhatian masyarakat tersebut karena Perumahan Royal Residence menghadirkan tempat ibadah yang cukup unik. Keunikan tersebut dikarenakan tempat ibadah tersebut yang letaknya bersebelahan antara 6 agama. Tempat ibadah 6 agama tersebut terdiri dari agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu.

Dari dua contoh baik itu antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral maupun Perumahan Royal Residence menunjukan bahwa negara Indonesia mampu memiliki sikap toleransi antara umat beragama. Apalagi jika kita melihat sejarah sudah banyak sekali peristiwa sejarah yang ada di negara Indonesia yang membuat sikap toleransi ada didalam masyarakat. Dimana salah satu contoh bukti sejarah tersebut yaitu terlahirnya sebuah semboyan yang bernama Bhinneka Tunggal Ika.

Terkadang harus diakui bahwa memiliki sikap toleransi antara umat beragama tidak mudah seperti kata-kata yang banyak diucapkan oleh berbagai macam orang. Banyak sekali lika-liku yang harus dilalui sebelum akhirnya kita sebagai masyarakat di negara Indonesia benar-benar merasakan kenyamana dan keamanan saat beribadah sesuai dengan agama yang dianut. Maka dari itu kita sebagai masyarakat ataupun pemerintah harus saling berkolaborasi menghasilkan sebuah simbiosis mutualisme dalam menjaga sikap toleransi antara umat beragama di negara Indonesia.

Ada satu kalimat yang yang terus menerus penulis ingat ketika membicarakan mengenai sikap toleransi dalam agama. Dimana kalimat tersebut yaitu:

Lebih baik berlomba-lomba dalam beribadah karena datangnya kedamaian. Sedangkan berlomba-lomba dalam permusuhan dalam beribadah menghasilkan perpecahan. 
-Penulis-

Diharapkan dengan adanya tulisan ini sikap toleransi antara umat beragama didalam negara Indonesia lebih hidup ditengah aktifitas sehari-hari masyarakat. Jika sudah demikian maka berbagai konflik yang terjadi di negara Indonesia dengan dasar agama dapat lebih ditekan sampai tidak terjadi. Dengan demikian maka diujungnya kedamaian dan kenyaman dalam beraktifitas dan beribadah dapat terjadi.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.

Ini cara saya untuk merawat kebersamaan, toleransi, dan keberagaman. Bagaimana cara kamu? Kabarkan/sebarkan pesan baik untuk MERAWAT kebersamaan, toleransi, dan keberagaman kamu dengan mengikuti lomba "Indonesia Baik" yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini.

Sumber gambar, tulisan, dan video:

  1. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-50471436
  2. https://www.youtube.com/watch?v=4pDsmn4bGGE
  3. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171224131427-20-264547/wujud-toleransi-ala-gereja-katedral-dan-masjid-istiqlal
  4. https://www.merdeka.com/peristiwa/potret-kerukunan-warga-di-surabaya-dengan-6-rumah-ibadah-saling-berdampingan.html
  5. https://www.youtube.com/watch?v=MOX7h7uWTKc 
  6. https://pixabay.com/id/photos/tim-persahabatan-kelompok-tangan-4529717/

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Menghargai Keberagaman Melalui Tempat Ibadah Berdekatan"

Posting Komentar