Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit yang sampai saat
ini masih menghantui masyarakat di Indonesia. Belum lagi penyakit kusta dapat
menyerang siapa saja tanpa mengenal latar belakang, sosial, agama, maupun usia
seseorang. Buktinya berdasarkan data yang dikumpulkan oleh pihak Kementerian
Kesehatan per tanggal 24 Januari 2022 sudah mencatat bahwa kasus kusta yang
sudah terdaftar sebanyak 13.487 kasus dengan penemuan kasus baru sebanyak 7.146
kasus.
Pada sebuah kesempatan yang sama oleh Wamenkes Dante pada
sambutannya memaparkan bahwa sampai saat ini masih ada 6 Provinsi yang belum
mencapai eliminasi kusta di Indonesia. Dimana 6 provinsi tersebut yaitu
Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Ia juga
memaparkan bahwa prevalensi kusta di 6 provinsi tersebut masih lebih dari 1 per
10.000 penduduk. Dengan hal tersebut dapat diartikan bahwa setiap 10.000
penduduk pada daerah tersebut terdapat 1 orang yang menderita penyakit kusta.
“Deteksi sedini mungkin adalah hal penting agar perlu segera diobati. Akibat kusta bisa timbul permasalahan ekonomi, stigmatisasi pada penderita kusta beserta keluarganya,” kata Wamenkes Dante.
Pengalaman Langsung Dari Penderita Kusta
Pada Masyarakat
Terkadang harus diakui bahwa ketika seseorang menderita
penyakit kusta terkadang didominasi oleh cerita kurang menyenangkan. Salah satu
contohnya dialami oleh penderita kusta yang tinggal di Makassar, Sulawesi
Selatan. Dimana seseorang penderita tersebut memiliki nama Dg Ca’di dengan umur
73 tahun. Diawal-awal Dg Ca’di pastinya tidak mengetahui akan penyakit yang
dideritanya termasuk ke dalam penyakit kusta. Ia baru mengetahui penyakit yang
diderita tersebut kedalam penyakit kusta melalui orang-orang yang melihat
kondisinya secara langsung.
Berdasarkan cerita dari Dg Ca’di memaparkan bahwa ia
menderita penyakit kusta dari tahun 1985. Pada tahun tersebut Dg Ca’di
memaparkan berada di Papua. Saat itu entah bagaimana tulang-tulang yang
dirasakan agak linu dan badan mulai mengalami bengkak-bengkak. Ketika sudah
terjadi penyakit tersebut Dg Ca’di memilih untuk tinggal di daerah tempat
kelahirannya yang berada di daerah Tamalanrea. Tetapi nyatanya ketika tinggal
didaerah tersebut ia mendapatkan perlakuan yang kurang baik. Sehingga di tahun
2017 Dg Ca’di memilih untuk pindah ke Kompleks Penderita Kusta Jongya. Dengan
perpindahan tersebut membuat Dg Ca’di merasa lebih nyaman dan mendapatkan
ketenteraman karena dapat hidup bersama dengan para penderita kusta lainnya.
Pengalaman yang dirasakan Dg Ca’di juga hampir sama dirasakan
oleh Ramlah. Awal-awal Ramlah dinyatakan menderita penyakit kusta dengan
merasakan demam panas. Demam panas tersebut dirasakan pada seluruh badannya.
Bahkan waktu ia masih berada di status siswa lebih tepatnya berada di kelas 5
SD. Sejak saaat itu pastinya Ramlah melakukan pengobatan ke beberapa rumah
sakit tetapi nyatanya hasil yang didapatkan belum maksimal.
Memang jika melihat dari dua pengalaman diatas para penderita
kusta mendapatkan perlakukan yang kurang baik oleh masyarakat. Perlakukan yang
kurang baik tersebut pastinya membuat penderita penyakit kusta menjadi lebih
tertekan. Tekanan pertama sudah pasti yang diakibatkan oleh penyakit kusta yang
dirasakan. Sedangkan tekanan lain bisa saja didapat dari keluarga sampai
lingkungan. Terkadang banyaknya tekanan yang dirasakan tersebut membuat
seseorang penderita kusta menjadi sulit untuk bergerak ke arah yang lebih baik
dalam hidup. Belum lagi banyaknya penolakan sampai pengucilan membuat peluang
ke arah yang lebih baik menjadi kian sulit.
Dari pengalaman hidup tersebut, maka disini pihak pemerintah
dan pihak lainnya harus saling bahu-membahu untuk mencegah terjadinya penyakit
kusta di masyarakat. Apalagi penyakit kusta ini tidak hanya menyerang satu
golongan saja seperti jenis kulit. Tetapi pada kenyataannya penyebaran penyakit
kusta ini menyerang setiap orang tanpa melihat latar belakang. Belum lagi
berdasarkan data angka kasus penyakit kusta termasuk yang tertinggi. Data dari
WHO di tahun 2020 memaparkan bahwa jasus kusta di Indonesia menduduki peringkat
ketiga terbesar di dunia. Kini juga ditemukan sebanyak 9,14% dari total kasus
kusta yang baru terjadi pada anak-anak. Untuk menekan angka tersebut serta
mencegah dampak kurang baik dari penyakit kusta bagi seseorang dibutuhkan sebuah
pencegahan yang baik dan efektif. Melakukan pencegahan yang baik dan efektif
dimulai dari mengetahui terlebih dahulu akan seluk belum dari penyakit kusta.
Pengenalan Secara Dasar Penyakit Kusta
Kusta atau biasa disebut juga dengan sebuah nama lepra
merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang dapat
menyebabkan penyakit kusta tersebut memiliki nama bakteri Mycobacterium leprae.
Penyebaran bakteri tersebut dari satu orang ke orang lain melalui sebuah
percikan cairan yang berasal dari saluran pernapasan (droplet) yaitu ludah atau
dahak yang keluar ketika melakukan bersin.
Walaupun penurunan tidak dapat dengan mudah menular kepada
orang lain. Tetapi dengan terus menerus terkenal percikat droplet dari
seseorang pengidap penyakit kusta dengan jenjang waktu lama dapat membuat
seseorang terjangkit penyakit kusta juga. Ketika sudah terkena didalam
seseorang bakteri ini tidak langsung bereaksi tetapi membutuhkan waktu kembang
dalam tubuh penderita yang lama. Perlu diingat pula bahwa penyebaran penyakit
kusta ini tidak dapat tertular hanya karena bersalaman, duduk bersama, sampai
melakukan hubungan seksual dengan sang penderita. Serta penyakit kusta juga
berdasarkan berbagai macam pendapat yang beredar mengatakan bahwa ibu yang
hamil tidak akan menularkan penyakit kusta kepada janinnya.
Gejala yang ditimbulkan dari penyakit kusta bagi seseorang
penderitanya. Bahkan untuk dapat dilihat secara visual saja tidak begituh
jelas. Dibeberapa kasus yang sudah terjadi seseorang penyakit justa dapat
terlihat jelas dalam tubuh seseorang selama 20 tahun atau lebih. Walaupun
dengan kondisi demikian terhadap beberapa kasus yang sudah terjadi ada beberapa
gejala seseorang menderita penyakit kusta seperti kulit yang mengalami mati
rasa, kulit tidak berkeringat, sampai kulit yang terasa kaku.
Penyakit kusta yang menyerang biasanya melakukan perusakan
pada bagian sistem saraf. Dimana sang penderita akan mulai kehilangan sensasi
rasa seperti rasa penyeri. Sehingga ketika seseorang mengalami sebuah luka atau
cedera pada tubuhnya membuat penderita tidak akan merasakan apapun terhadap
kulitnya. Setelah beberapa kasus kusta serta pembelajaran yang lebih dalam
disimpulkan bahwa terdapat tingkat keparahan gejala yang dikelompokan menjadi
enam jenis yaitu:
1. Intermediate leprosy. Pada penyakit kusta yang termasuk
kategori tersebut ditandai dengan adanya beberapa lesi datar yang berwarna
pucat atau lebih cerah dari warna kulit yang ada disekitarnya. Untuk penyakit
kusta yang termasuk kedalam jenis ini dapat dikatakan bahwa penyakit kusta yang
diderita terkadang dapat sembuh dengan sendirinya.
2. Tuberculoid leprosy. Pada penyakit kusta yang termasuk
kategori tersebut akan ditandai oleh beberapa lesi datar yang kadang ukurannya
cukup besar. Perasaan penderita mulai merasakan mati rasa yang disertai oleh
pembesaran saraf.
3. Borderline tuberculoid leprosy. Pada penyakit kusta yang
termasuk kategori tersebut akan mulai terlihat lesi yang berukuran kecil.
Walaupun demikian juga terdapat lebih banyak tuberculoid lepsrosy yang ada
dikulit penderita.
4. Mid-borderline leprosy. Pada penyakit kusta yang termasuk
ke dalam kategori ini ditandai dengan lesi kemerahan. Dimana lesi kemerahan
tersebut mulai tersebar secara acak dan asimetri. Adanya hal tersebut membuat
sang penderita merasakan mati rasa. Mati rasa tersebut juga dilengkapi oleh
terjadinya pembengkakan kelenjear getah bening pada sekitar kusta.
5. Borderline lepromatous leprosy. Pada penyakit kusta yang
termasuk ke dalam kategori ini ditandai dengan jumlah lesi yang mulai banyak.
Tidak hanya jumlahnya yang banyak juga bentuknya yang mulai beragam dari mulai
berbentuk datar atau benjolan. Jika seseorang mulai merasakan jenis penyakit
kusta dengan jenis ini maka bisa membuat seseorang tersebut merasakan mati
rasa.
6. Lepromatous leprosy. Pada penyakit kusta yang termasuk ke
dalam kategori ini penderita mulai ditandai dengan lesi yang menyebar dengan
simetri. Berdasarkan kasus yang sudah terjadi pada beberapa orang lesi yang
terdapat pada penderita memiliki kandungan bakteri yang banyak. Selain itu
penderita juga akan merasakan beberapa hal seperti rambut rontok, gangguan
saraf, serta kelemahan anggota gerak.
RAMBU-RAMBU YANG HARUS DIINGAT OLEH PARA
PEMBACA
Tidak
boleh seseorang dalam hal ini memberikan sebuah diagnosis kepada orang lain.
Apalagi orang tersebut memberikan diagnosis tersebut didasarkan pendapat. Orang
yang mampu memberikan diagnosis terhadap seseorang dinyatakan mengidap penyakit
kusta adalah dokter yang telah menempuh pendidikan dengan dinyatakan lulus dan
berhak untuk memberikan diagnosis. Sehingga ketika masyarakat umum menyatakan diagnosis
terhadap seseorang memiliki penyakit kusta maka dibutuhkan penyelidikan yang
lebih lanjut mengenai kebenaran tersebut.
Tentunya
disini pihak dokter juga dibutuhkan sebuah penyedikan terhadap seseorang yang
mengidap penyakit kusta. Cara penyelidikan untuk menyatakan seseorang menderita
penyakit kusta adalah dengan mengambil sample kulit dengan cara dikerok (skin
smear). Sample kulit tersebut akan dilakukan tahapan analisis pada laboratorium
dengan mengecek ada tidaknya keberadaan bakteri Mycobacterium leprae. Metode
analisis yang dilakukan termasuk pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA). Agar
lebih jelas akan hasil seseorang mengidap penyakit kusta atau tidak biasanya
dokter juga memeriksa pasien dengan menyesuaikan akan gejala dari penyakit
kusta berdasarkan jawaban dari pasien. Dari beberapa hal tersebut maka dapat
hasil yang menyatakan bahwa seseorang tersebut menderita penyakit kusta atau
tidak sesuai dengan data yang jelas serta dipaparkan oleh orang yang berilmu
dalam hal ini yaitu dokter.
Bangkit Dalam
Kehidupan Akibat Stigma Buruk Akan Penyakit Kusta
Agar
lebih jelas mengenai cara bangkit seseorang atas stigma buruk dari penyakit
kusta dibutuhkan pemaparan yang lebih jelas. Maksud lebih jelas harus berasal
dari pengalaman diri seseorang pengidap penyakit kusta. Dari sekian banyak
seseorang pengidap penyakit kusta yang berhasil bangkit salah satu contoh
terhadap seseorang yang bernama Ernawati. Di tahun 2007 warga desa Kanjilo,
Kecamatan Baromobong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan melakukan habis merantai
dari Kalimantan. Setelah pulang ia merasakan keanehan yang terjadi pada
tubuhnya. Bahkan pada tubuhnya terdapat sebuah bercak putih pada bagian kaki
dan tangan. Setelah adanya hal tersebut ia langsung memeriksa kedalam fasilitas
kesehatan dan nyatanya hasil pemeriksaan ia menderita penyakit kusta.
Diawal-awal
ia mendapatkan cemoohan dari masyarakat kepada dirinya sehingga ia memilih
untuk tidak melanjutkan perawatan medis ke dokter. Padahal seharusnya ia sudah
menjalani pengobatan selama satu tahun lamanya. Tetapi akhirnya ia memutuskan
untuk melakukan pengobatan dalam dua bulan pertama. Dengan tidak mendapatkan
pengobatan membuat penyakit kusta yang dideritanya menggerogoti lebih parah
sampai membuat luka di sekujur tubuhnya yang membuat ia harus di lakukan opname
selama dua bulan lamanya.
Dari
dampak yang diderita tersebut membuat ia berjanji kepada diri sendiri untuk
tidak mau lagi melanggar aturan dalam melakukan pengobatan penyakit kusta.
Untungnya penyakit kusta yang diderita tersebut belum sampai memberikan dampak
kecacatan pada organnya. Bisa dikatakan pengobatan penyakit kusta yang
dijalaninya termasuk dengan cara meminum obat clofazimine dan dapsone. Adanya
cemoohan sampai meremehkan dirinya akan kesembuhan ia hiraukan yang ada didalam
pikirannya hanyalah satu kata yaitu “KESEMBUHAN”. Hasil pengobatan tersebut membuat
di tahun 2010 ia dinyatakan sudah terbebas dari penyakit kusta yang menyerang
tubuhnya.
Kini
Ermawati menjadi salah satu agen pejuang yang kini mulai menyebarluaskan akan
sebuah pesan anti diskriminasi terhadap seseorang penderita penyakit kusta. Ia
memiliki keinginan bahwa seseorang yang menderita penyakit kusta kini tidak
lagi mendapatkan perlakukan buruk seperti yang dialaminnya di masa lampau. Dari
hasil cerita pengalaman perjuangan sembuh dari penyakit kusta tersebut ada beberapa
tips-tips bangkit dari penyakit kusta yang diderita oleh seseorang yaitu:
1. Tetap melakukan pengobatan dengan
baik
Ya,
pengobatan merupakan cara ampuh untuk sembuh dari penyakit kusta yang diderita.
Dalam hal ini maksud dari pengobatan adalah dengan mendatangi fasilitas
kesehatan seperti rumah sakit. Tentunya rumah sakit akan memberikan berbagai
macam pengobatan terhadap penyakit kusta yang dideritanya berdasarkan ilmu
pengetahuan kesehatan. Dengan penyembuhan didasarkan ilmu pengetahuan kesehatan
membuat peluang kesembuhan menjadi lebih besar karena sudah dilakukan berbagai
macam penelitian sebelum dapat diterapkan kepada pasien.
2. Harus
diberikan dukungan dari orang tercinta
Berdasarkan
berbagai macam pengalaman seseorang penderita penyakti kusta biasanya
masyarakat akan memberikan pandangan yang kurang baik. Tidak hanya memberikan
pandangan yang kurang baik terhadap juga masyarakat memberikan perlakukan yang
kurang baik dengan cara menjauh atau tidak mau berdekatan. Padahal ketika
sedang menderita penyakit kusta seseorang dibutuhkan dukungan dari masyarakat.
Tetapi pada kenyataan justru aksi yang diberikan oleh masyarakat berbanding
terbalik dari harapan. Maka dari itu untuk tetap semangat bagi para penderita
penyakit kusta dibutuhkan dukungan dari orang tercinta. Ada banyak sekali cara
yang dapat dilakukan untuk mendapatkan dukungan dari orang tercinta seperti
dari orang tua, saudara, atau mendatangi komunitas.
3. Menemukan kegiatan yang menghasilkan
Disini
untuk tetap bangkit dan menjalani kehidupan sehari-hari para penderita penyakit
kusta harus memiliki kegiatan. Tentunya kegiatan yang dilakukan haruslah dapat
menghasilkan pendapatan bagi seseorang penderita kusta. Harapannya dengan
adanya pendapatan tersebut maka seseorang penderita kusta dapat berdiri dan
kuat secara finansial. Dengan hidup dizaman yang sudah cukup canggih tentunya
akan memudahkan dalam mencari pundi-pundi uang. Banyak cara yang dilakukan dari
mulai menulis, membuat video, foto, dan masih banyak lagi dengan bantuan dari
internet. Mungkin saja dengan adanya media internet tersebut membuat pendapatan
yang dihasilkan dengan dibayar menggunakan mata uang asing.
Pada
dasarnya ada banyak sekali tips-tips untuk bangkit dari keterpurukan akibat
penyakit kusta salah satu tipsnya telah dipaparkan diatas. Harapannya dengan
adanya tulisan ini banyak masyarakat yang saling bahu-membahu agar tidak ada
lagi seseorang penderita kusta yang dikucilkan serta dapat dengan mudah
mendapatkan dukungan agar sembuh. Tidak hanya itu penderita juga dapat terbebas
dari keterpurukan akibat penyakit kusta bahkan sampai memberikan dampak yang
besar bagi kehidupan sekitarnya.
Semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi anda para pembaca. Terima kasih.
Sumber
gambar, tulisan, dan video:
- http://p2p.kemkes.go.id/mari-bersama-hapuskan-stigma-dan-diskriminasi-kusta-di-masyarakat/#:~:text=Berdasarkan%20data%20yang%20dihimpun%20Kementerian,kasus%20baru%20sebanyak%207.146%20kasus
- https://regional.kompas.com/read/2019/09/13/07000031/cerita-pahit-para-penderita-kusta-dikucilkan-karena-dianggap-menjijikkan?page=all
- https://www.alodokter.com/kusta
- https://sains.kompas.com/read/2018/03/18/201132223/kisah-ernawati-menaklukkan-kusta-yang-menggerogoti-tubuhnya?page=all
- https://www.instagram.com/
reel/CggqN9xpcYa/?igshid= MjU0Y2ZlMmY= - https://www.instagram.com/
reel/CjzyYAZB3XJ/?igshid= MjU0Y2ZlMmY= - https://www.instagram.com/
reel/CjXdPpwh9mk/?igshid= MjU0Y2ZlMmY= - https://www.instagram.com/p/
CfEDQuqBBRk/?igshid= MjU0Y2ZlMmY= - https://www.instagram.com/p/
Cedb2bJBmRF/?igshid= MjU0Y2ZlMmY= - https://www.instagram.com/p/
Cd8T_ZJhZoa/?igshid= MjU0Y2ZlMmY= - https://www.instagram.com/p/
CdcdH7EJujj/?igshid= MjU0Y2ZlMmY= - https://www.instagram.com/p/
CZQtJgqJstn/?igshid= MjU0Y2ZlMmY= - https://www.instagram.com/p/
CWDf1CGhyyJ/?igshid= MjU0Y2ZlMmY=
Belum ada tanggapan untuk "Mengenal Penyakit Kusta Serta Bangkit Dari Keterpurukan"
Posting Komentar