Jangan Julid Dahulu, Pelajari Terlebih Dahulu Bisnis Sebelum Memulai

“Sudah sekolah tinggi ujung-unjungnya jualan”.

“Rugi tuh orang tua sudah keluar banyak modal”.

“Alah palingan rugi kalau sudah buka bisnisnya”.

Itulah salah satu contoh dari sekian banyak kata-kata yang dikeluarkan oleh masyarakat ketika seseorang yang sudah selesai menyelesaikan pendidikan sarjana memutuskan untuk memulai sebuah bisnis. Cemoohan sampai cacian baik itu dari masyarakat sekitar atau bahkan dari keluarga pastinya akan datang.

Dari sekian banyak cemoohan sampai cacian yang diberikan ada satu yang cukup menusuk kedalam hati. Dengan menusuk kedalam hati tersebut diolah menjadi sebuah dendam untuk membuktikan bahwa diri sendiri dapat sukses dengan pilihan sendiri.

“Sudah sarjana bukannya memilih kerja stabil seperti PNS malah memilih jualan, kalau gituh tidak usah kuliah”

Ya, harus diakui bahwa didalam masyarakat masih ada sebuah pemikiran yang selalu melekat. Dimana pemikiran tersebut adalah bahwa ketika seseorang dinyatakan lulus dari bangku perkuliahan maka seseorang harus bekerja. Bekerja yang harus dipilih oleh seseorang sarjana adalah pekerjaan yang memakai pakaian rapih seperti kemeja dan bekerja di gedung-gedung tinggi. Akibatnya ketika seseorang sarjana tidak bekerja dikondisi tersebut maka seseorang sarjana tersebut akan mendapatkan cemoohooan sampai cacian dari masyarakat.

Namun sadarkan para pembaca sekalian bahwa ternyata pemikiran tersebut melahirkan sebuah dampak yang kurang baik bagi masyarakat. Dampak kurang baik pada masyarakat karena muncul dimana seharusnya para sarjana sebagai agent of chance kini tidak bisa memaksimalkan perannya.

Kita tahu bahwa semakin bertambahanya tahun maka jumlah lowongan pekerjaan yang ada kian sedikit sedangkan untuk calon pencari kerja dari tahun ke tahun kian meningkat. Tentunya hal tersebut tidak dapat terjadi keseimbangan. Dengan tidak terjadi keseimbangan maka secara tidak langsung akan terjadi sebuah masalah.

Masalah tersebut terjadi karena semakin banyaknya calon pekerja yang mencari kerja tetapi lowongan kerja hanya sedikit. Kondisi tersebut akan melahirkan berbagai macam masalah dari mulai persaingan ketat untuk calon pekerja, munculnya tingkat pengangguran, sampai berbagai macam kejahatan yang dilahirkan akibat tuntutan kebutuhan hidup sehari-hari. Untuk dapat menekan berbagai macam permasalahan tersebut tentunya dibutuhkan sebuah para sarjana agar dapat menemukan sebuah solusi. Dimana solusi yang dapat dilakukan adalah dengan membangun sebuah bisnis sehingga pengangguran di negara Indonesia dapat terserap.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa jumlah pengangguran yang ada di negara Indonesia sudah mencapai 9,1 juta orang di bulan Agustus 2021. Angka tersebut mengalami penaikan di bulan Februari 2021 yang hanya mancapai 8,7 juta orang. Ketika dibandingkan dengan di bulan Agustus di tahun yang lalu mengalami penurunan dari angka 9,8 juta jiwa orang. Walaupun mengalami naik dan turun tetapi apabila dilihat sebatas angka tentunya jumlah tersebut sangatlah besar.

Angka pengangguran memang masih cukup tinggi diangka sekitar 9 juta orang. Tetapi jika dilihat dengan jumlah mahasiswa yang ada di negara Indonesia tahun 2019 berada diangka 7,3 juta orang. Tentunya dengan jumlah mahasiswa yang begitu banyak pastinya dapat menjadi sumber daya manusia penggeran perubahan yang lebih baik dalam hal pengangguran dengan membuka sebuah bisnis. Ambil contoh jika seseorang mahasiswa berhasil membuat bisnis membuat bisnis serta memiliki 1 atau 2 orang pegawai. Maka pastinya sudah banyak tenaga kerja yang terserap oleh bisnis yang dijalankan.

Untuk dapat berkembang dalam membangun sebuah bisnis bagi mahasiswa tidaklah mudah. Apalagi dengan banyak stigma kurang baik bagi seseorang sarjana memilih untuk berbisnis. Maka tidak usah heran jika saat ini banyak sekali para mahasiswa yang setelah lulus lebih memilih untuk mencari pekerjaan dibandingkan membuat sebuah bisnis. Memang ada sebuah perbedaan yang banyak dari seseorang menjadi pekerja bagi orang lain dengan membuat sebuah bisnis salah satunya yaitu:

Berbicara mengenai membuat bisnis yang sudah menghasilkan pundi-pundi uang memang tidaklah mudah. Apalagi ketika seseorang tidak ada sama sekali latar belakang sebuah bisnis atau tidak memiliki ilmu pengetahuan dalam menjalankan sebuah bisnis. Belum lagi ketika memulai sebuah bisnis biasanya akan ada banyak sekali masalah yang menghampiri. Namun sebelum membahas mengenai masalah yang dihadapi oleh para pemilik bisnis lebih baik membahas terlebih dahulu sebuah kisah menarik yang berkaitan dalam berbisnis. Bahkan kisah yang akan dibahas ini sudah cukup terkenal di dalam kehidupan masyarakat serta sudah dibuatkan sebuah film. Dimana nama film tersebut bernama The Billionaire.

Film tersebut menceritakan tentang Top yang merupakan anak SMA yang kecanduan dalam game online. Tetapi dari hasil game online tersebut Top menghasilkan uang yang cukup banyak. Sayangnya karena akun game online tersebut dihapuskan sehingga Top tidak bisa lagi mengakses game onlinenya.

Top kemudian memutar otak agar mendapatkan uang setelah akun game onlinenya dibebukan. Sebelum itu ada kenyataan pahit yang harus dirasakan Top yaitu orang tuanya mengalami ke bangkrutan. Bahkan orang tuanya mengalami utang 40 juta bath sehingga rumah harus disegel oleh bank serta pihak ke China. Tetapi Top menolak untuk mengikuti orang tuanya pergi ke China. Akhirnya Top mencoba berbagai macam bisnis seperti barang elektronik berupa DVD player.

Tetapi ternyata DVD player yang dibelinya merupakan bajakan sehingga bukannya mendapatkan untung tetapi malah rugi yang didapatkan. Kemudian bisnis yang didirikan selanjutnya adalah kacang goreng khas Thailand bersama dengan pamannya. Saat sedang melakukan bisnis kacang goreng tersebut ada masalah yaitu asap yang dihasilkan dari mesin goreng mengotori dinding tempat berjualan. Sehingga Top harus keluar dari tempat tersebut. Diakhirnya bisnis yang dijalani oleh Top adalah rumput laut.

Difilm tersebut dipaparkan ada banyak sekali masalah-masalah yang harus dihadapi oleh Top agar dapat menghasilkan rumput laut yang enak, renyah, serta tidak pahit ketika dikonsumsi. Setelah selesai menyelesaikan masalah-masalah tersebut kini ada lagi tantangan didepan mata. Dimana tantangan tersebut adalah untuk dapat menyakini pihak 7-Eleven untuk mau memasarkan produknya. Ternyata untuk dapat diterima produk Top di 7-Eleven dengan syarat harus memperbaiki produk dan memiliki pabrik yang membutuhkan modal yang cukup besar. Diakhir cerita Top berhasil produknya diterima 7-Eleven serta melunasi hutang orang tuanya.

Memang kehidupan pembisnis penuhi dengan masalah-masalah yang harus dihadapi. Bahkan pembisnis yang sukses bisa digambarkan akan sebuah bongkahan es dimana yang terlihat hanyalah sekecil kesusesnya sedangkan dibawahnya ada banyak sekali masalah yang sudah dihadapi. Dari sekian banyak masalah yang dihadapi oleh pembisnis salah satunya yaitu tentang modal.

Ya, modal merupakan masalah utama yang selalu menghantui para pembisnis. Terkadang bagi beberapa pemula pembisnis ketika tidak memiliki modal maka merealisasikan bisnisnya hanya menjadi angan-angan saja. Padahal saat ini berbicara mengenai mendapatkan modal untuk memulai sebuah bisnis ada 1000 jalan yang diberikan. Salah satu contoh jalan tersebut adalah mendapatkan modal dari UMi.

UMi Berdayakan Usaha Kecilku, Yuyun Sumiyati

Yuyun Sumiyati merupakan seorang ibu rumah tangga yang sudah berusia 39 tahun dengan tiga orang anak serta tinggal di daerah Depok. Yuyun Sumiyati dikenal oleh masyarakat sebagai pedagang makanan ringan, olahan ikan, dan ayam segar. Menjadi UMKM memang tidaklah mudah apalagi Yuyun Sumiyati selalu menghadapi kendala dalam mengakses berbagai macam program pendanaan perbankan. Tetapi kini dengan adanya UMi permasalahan untuk akses modal dapat diselesaikan. Dari UMi Yuyun mendapatkan modal 2 juta yang dapat diputar kembali didalam UMKM yang dijalaninya. Sehingga dari hasil UMKMnya tersebut Yuyun dapat membantu keuangan keluarga dari mulai menyekolahkan anak-anaknya sampai membantu biaya pengobatan mata salah satu anaknya. Yuyun juga merupakan penggerak komunitas Marawis dengan pembiayaan dari UMi harapannya Yuyun dapat membeli berbagai macam peralatan Marawis.

Secara Garis Besar Mengenai UMi

UMi merupakan sebuah singkatan dari kata Pembiayaan Ultra Mikro. UMi merupakan program tahapan lanjut dari program bantuan menjadi kemandirian usaha yang targetnya para pelaku usaha mikro yang berada di lapisan bahwa belum tersentuh fasilitas perbankan melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Secara sederhana UMi merupakan bantuan pinjaman modal dari pemerintah bagi membantu para pelaku usaha mikro atau kecil. Dana dari program UMi berasal dari APBN, konstribusi lembaga daerah, dan konstribusi lembaga keuangan baik domestik maupun global. Besaran pinjaman yang diberikan oleh UMi sebesar Rp 10 juta per orang.

Skema Program UMi

Dari dana sebesar Rp 10 Juta rupiah tersebut akan dikenakan bungan ± 0,95% per bulan dengan jangka waktu pelunasan hingga 48 bulan. Jangka waktu didapatkan dari hasil akumulasi bulan berlaku selama usaha pemilik tersebut termasuk ke dalam kategori usaha mikro atau kecil. Kementerian Keuangan memaparkan bahwa proses kegiatan UMi diawali dengan pembentukan sebuah kelompok. Kelompok tersebut berguna untuk dapat memberikan fasilitas kepada masyarakat yang tidak memiliki agunan melalui pendampingan yang intensif serta tanggungan renteng. Ketika usahanya meningkat tentunya ada harapan bahwa kelompok yang dibuat tersebut dapat menjadi lebih mandiri serta memiliki aset yang dapat dijaminkan. Apabila sudah dirasa mandiri serta memiliki aset sebagai jaminan barulah kelompok tersebut boleh mengambil skema pembiayaan individu.

Target Program UMi

Program KUR yang dilakukan oleh pemerintah dari 2007 baru menyerap 17,6 juta jiwa dari 62 juta usaha. Sedangkan 44 juta masih belum mendapatkan akses pembiayaan. Sukitnya mengakses pembiayaan karena seseorang pelakut usaha ultra mikro belum memiliki aset sebagai jaminan. Masih berada di angka 44 juta harus dapat diselesaikan oleh program UMi tersebut. Pemeintah menunjuk Badan Layanan Umum (BLU) Pusat Investasi Pemerintah (PIP) sebagai coordinated fund pembiayaan UMi. Sedangkan untuk pembiayaan UMi disalurkan melalui LKBB seperti PT Pegadaian (Persero), PT Bahana Artha Ventura, sampai PT Permodalan Nasional Madani (Persero).

Agar lebih jelas memahami akan program UMi maka tidak ada salahnya untuk melihat video dibawah ini terlebih dahulu.

Harapan Dari Adanya Program UMi Bagi Mahasiswa Mau Membuka Bisnis

Tentunya dari setelah dipaparkan secara garis besar mengenai program UMi ada sebuah harapan bagi para mahasiswa untuk dapat mendapatkan dana. Apalagi mahasiswa pada umumnya belum memiliki sebuah aset yang dapat dijadikan sebagai jaminan dalam meminjam dana kepada pihak keuangan yang ada. Selain itu juga potensi perkembangan bisnis dari skala UMKM yang didirikan oleh mahasiswa memiliki potensi yang besar. Belum lagi untuk target pembeli pastinya ada disekitaran fasilitas pendidikan yang ditempuh baik itu dari mulai sesama mahasiswa, tenaga pekerja, sampai berbagai macam even kegiatan kampus yang dilaksanakan. Dari target tersebut tentunya pemutaran keuangan dari bisnis yang dijalankan sudah pasti dapat bergerak.

Dengan modal yang diberikan sebesar kurang lebih Rp 10 juta rupiah para mahasiswa dapat melakukan berbagai macam bisnis seperti bisnis makanan berat. Ada banyak sekali makanan berat yang dapat dibuat dari mulai nasi kuning sampai nasi uduk. Dimana target penjualan yang paling cocok dari pagi hari sampai siang hari. Terkadang mahasiswa banyak yang melewatkan makan pagi dengan berbagai macam alasan baik itu kesiangan, tidak ada waktu, dan sebagainya. Tentunya dengan para mahasiswa yang bergerak dalam pemodalan program UMi dapat membawa makanan berat dari mulai nasi kuning sampai nasi uduk ke dalam tempat-tempat yang mudah dibeli oleh para mahasiswa. Sehingga secara tidak langsung makanan berat yang dibawa akan diserbu oleh sebagian besar oleh para mahasiswa yang belum mengonsumsi makan paginya.

Apabila dirasakan membuat makanan berat cukup sulit bagi para mahasiswa maka masih ada cara lainnya. Dimana cara lainnya tersebut adalah dengan membuat sebuah bisnis minuman. Saat ini ada banyak sekali bisnis minuman yang didirikan bahkan sampai ada sebuah istilah minuman kekinian. Tentunya tidak ada salahnya para mahasiswa mencoba membuka sebuah bisnis dari pendanaan akan program UMi. Membuat bisnis minuman tentunya tidak begitu terlalu sulit dengan membuat bisnis makanan berat yang harus memasak. Hanya bermodal beberapa campuran beberapa minuman yang dikemas menarik sudah dapat dijual produk minuman yang dibuat. Banyak sekali cerita seseorang pembisnis yang sukses dari melakukan bisnis minuman.

Tetapi apabila para mahasiswa merasa bisnis makanan dan minuman terasa terlalu ribet ada sebuah bisnis yang cukup gampang dilakukan. Bisnis yang dilakukan tersebut adalah berkaitan dengan desain. Kita pastinya sudah mengetahui bahwa didalam kegiatan mahasiswa tidak hanya didominasi oleh kegiatan pembelajaran tetapi ada juga kegiatan lainnya. Bahkan ada banyak sekali event-event yang digelar oleh mahasiswa. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan tersebut tentunya membutuhkan berbagai macam desain baik itu dari mulai poster, baju, celana, dan masih banyak lagi. Peluang tersebut dapat disusupi oleh para mahasiswa untuk mencari pundi-pundi uang. Dengan modal yang diberikan program UMi tersebut dapat dibelikan akan sebuah teknologi. Teknologi tersebut yang dapat digunakan para mahasiswa untuk menciptakan berbagai macam desain yang berguna baik itu dari mulai poster, baju, celana, dan lainnya.

Harapannya diujungnya dengan adanya modal yang diberikan melalui program UMi sebesar Rp 10 juta dapat menjadi sebuah pematik roda aktifitas para mahasiswa untuk membuat sebuah bisnis. Dengan seseorang mahasiswa sudah melulai sebuah bisnis memiliki dampak lain yaitu penyerapan tenaga kerja yang ada didalam masyarakat. Ketika sudah berkembang bisnis yang dijalani tersebut pastinya secara tidak langsung membutuhkan banyak tenaga kerja yang membantu. Kondisi demikian membuat penyerapan tenaga kerja serta pengangguran menjadi kian sedikit didalam lingkungan sekitar tersebut. Hal tersebut membuat ekonomi menjadi lebih baik lagi bagi diri mahasiswa maupun lingkunganya.

Sumber gambar, tulisan, dan video:

  1. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/05/pengangguran-indonesia-kini-ada-91-juta-orang-turun-tipis-dari-tahun-lalu
  2. https://lokadata.beritagar.id/chart/preview/jumlah-mahasiswa-di-indonesia-2014-2019-1592350059
  3. https://www.876fm.com/the-billionaire-film-inspiratif-terbaik-untuk-kamu-yang-ingin-menjadi-pengusaha/
  4. https://www.kemenkeu.go.id/umi
  5. https://youtu.be/LOcvFUQ3LGk
  6. https://www.ocbcnisp.com/id/article/2022/01/12/umi-adalah
  7. https://youtu.be/TE4ZMeYmZ40
  8. https://pixabay.com/id/photos/pekerjaan-kantor-tim-bisnis-5382501/
  9. https://pixabay.com/id/photos/nasi-goreng-makanan-thai-3023040/
  10. https://pixabay.com/id/photos/rintisan-papan-tulis-kamar-3267505/
  11. https://youtu.be/fVXxBtWnfRc
  12. https://www.facebook.com/523194768047358/photos/mau-tau-gak-bedanya-pebinsis-dan-pekerja-1-pendapatanpebisnis-pendapatan-nya-gak/802763020090530/

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Jangan Julid Dahulu, Pelajari Terlebih Dahulu Bisnis Sebelum Memulai"

Posting Komentar