Di Indonesia sendiri masih terdapat
beragai permasalahan sosial yang masih menjadi tantangan besar dalam
pembangunan dan perlindungan hak asasi manusia. Dari sekian permasalahan
tersebut yang cukup memprihatinkan salah satunya berupa perdagangan manusia
atau biasa disebut dengan nama human trafficking. Human trafficking merupakan
modus kejahatan yang terkait perbudakan dalam bentuk transaksi jual beli
terhadap orang baik secara nasional maupun internasional. Melalui arti tersebut
secara umum operasional human trafficking dilakukan secara tertutup dan bergerak
di luar hukum yang berlaku.
Berdasarkan data yang tersaji dalam
infografik dari pihak Koran Tempo memaparkan bahwa secara mayoritas korban
human trafficiking dari kelompok anak-anak dan perempuan. Memasuki tahun 2016
korban berupa anak-anak perempuan 23% dan 49% merupakan perempuan dewasa.
Secara total memasuki tahun 2016 korban perempuan mencapai 72%. Sedangkan untuk
korban laki-laki dewasa dan anak laki-laki hanya mencapai 7% dan 21%. Pola
tersebut nyatanya serupa ketika memasuki tahun 2004 yang mana perempuan selalu
mendominasi menjadi korban. Dari data tersebut menunjukan bahwa pihak perempuan
dan anak-anak merupakan kelompok renta terhadap korban human trafficking.
Banyak sekali faktor yang menyebabkan
terjadinya human trafficking salah satunya berupa minimnya pengetahuan
masyarakat mengenai bahaya sampai modus terkait operasional human trafficking.
Kondisi tersebut biasanya semakin besar peluangnya dialami oleh masyarakat yang
tergolong keluarga miskin yang tinggal di daerah pedesaan terpencil atau
kawasan kumuh di perkotaan. Hal tersebut terjadi karena adanya keterbatasan
akses informasi, pendidikan yang rendah, sampai himpitan ekonomi. Semua hal
tersebut saling berkolaborasi menjadikan masyarakat yang masuk kategori
tersebut menjadi sasaran empuk bagi para pelaku operasional dari human
trafficking. Bahkan tidak sedikit masyarakat kategori tersebut yang menjadi
korban yang diawali oleh janji mendapatkan pekerjaan yang layak di kota besar
atau luar negeri. Namun pada akhirnya seseorang tersebut menjadi korban dalam
situasi eksploitasi yang melanggar hak asasi manusia.
Dilihat secara makro mengenai korban operasional
human trafficking dapat berasal dari segala usia, jenis kelamin, dan latar
belakang berbeda-beda. Namun jika melihat secara data yang tersaji biasanya
korban berasal dari perempuan dan anak-anak yang paling rentan. Para pelaku
dalam menarget korban menggunakan berbagai modus seperti kekerasan fisik, tipu
daya melalui agen tenaga kerja illegal, sampai janji palsu seputar pekerjaan.
Adanya iming-iming kehidupan yang lebih baik tersebut membuat para korban mudah
sekali dijebak. Hasil jebakan tersebut mau tidak mau membuat korban menjalani
kondisi kerja yang tidak manusiawi, eksploitasi seksual, hingga menjadi korban
perdagangan organ tubuh. Hal yang lebih mengerikan lagi terkadang pihak korban
sangat sulit sekali untuk melarikan diri dari kondisi tersebut karena adanya
ancaman, tekanan psikologis, dan kurangnya bantuan hukum.
Saat seseorang masuk ke dalam operasional human trafficking ada dampak signifikan yang ditimbulkan. Dampak tersebut terasa baik secara fisik, psikologi, maupun social. Secara fisik akan membuat korban mengalami kelelahan ekstrem, gangguan kesehatan serius, hingga luka akibat kekerasan. Jika korban merupakan anak-anak maka dampak kurang baik dapat terlihat dari pertumbuhan fisik sampai mental menjadi terhambat secara permanen. Belum lagi secara psikologi akan membuat korban mengalami trauma yang berkepanjangan, stress berat, atau bahkan depresi.
Para korban yang merasakan human
trafficking terkadang menjadi sulit untuk kembali untuk berinteraksi secara
normal dalam lingkungan social karena malu, takut, atau bahkan tidak percaya
kepada pihak lain. Dikarenakan dampak yang kurang baik tersebut maka dibutuhkan
penanganan korban yang tidak hanya sebatas penyelamatan tetapi juga mencakup
rehabilitas. Diharapkan dengan pengobatan yang menyeluruh tersebut maka pihak
korban akan segera pulih dan kembali dalam menjalani kehidupan sehari-hari lagi
dengan normal kembali. Salah satu yang bergerak yang menolong para korban
dikenal oleh masyarakat dengan nama Ronaldus Asto Dadut.
Titik balik penting dari pihak Ronaldus
Astro Dadut terjadi pada saat tahun 2014 yang pada saat itu sosok tersebut
sedang menghadapi kondisi pilu. Secara spesifik pada saat itu Ronaldus Astro
Dadut masih sedang menempuh pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat pada
Universitas Nusa Cendana, Kupang. Saat itu Ronaldus Astro Dadut sedang
melakukan penjemputan terhadap korban operasional human trafficking yang
disekap selama tiga bulan. Penjemputan tersebut benar-benar menyentuh sisi
emosional saja tetapi juga membuka matanya terhadap realitas pahit yang dialami
oleh para korban. Ronaldus Astro Dadut pada saat itu menemukan 15 orang dalam
kondisi yang memprihantikan. Terlebih lagi secara dominasi atas korban
merupakan perempuan. Pihak korban juga mengalami depresi sampai kehilangan arah
atas kehidupannya.
Pengalaman penjemputan secara langsung
tersebut benar-benar menggugah empati dari Ronaldus Astro Dadut. Disamping itu
melalui kejadian tersebut membuatnya pihak Ronaldus Astro Dadut sadar bahwa
masalah mengenai human trafficking tidak bisa diselesaikan secara individual.
Ronaldus Astro Dadut menyaksikan secara mata telanjang akan betapa para korban
tersebut tidak hanya kehilangan kebebasan tetapi hak dasar hidup seperti
kesehatan, pendidikan, sampai keamanan. Tidak sedikit para korban yang masih
anak-anak tetapi sudah merasakan penderitaan yang luar biasa. Terlebih lagi
para korban tersebut saat merasakan penderitaan tersebut tidak mendapatkan atas
pelayanan kesehatan maupun pemulihan psikologis. Dengan semua hal tersebut
melalui kesadaran pribadi mendorong Ronaldus Astro Dadut untuk membawa
perubahan dan tidak tinggal diam menyaksikan peristiwa human trafficking.
Perubahan tersebut dilakukan oleh
Ronaldus Astro Dadut pada tahun yang sama melalui pendirikan Jaringan Relawan
untuk Kemanusiaan (J-RUK) Sumba. J-RUK merupakan komunitas lintas sektor yang
bergerak dalam hal-hal yang terkait isu kemanusiaan. Komunitas tersebut tidak
hanya fokus kepada penanganan korban tetapi juga edukasi preventif untuk
mencegah munculnya kasus perdagangan manusia. Banyak sekali pendekatan yang
dilakukan salah satunya dengan membangun rumah baca di Pulau Sumba, Nusa
Tenggara Timur (NTT). Pembangunan tersebut mampu menjadi wadah untuk belajar
sampai berbagi informasi mengenai beberapa hal seperti kesehatan, pendidikan,
sampai bahaya akan operasional human trafficking. Pendekatan yang dilakukan
komunitas tersebut berupa menanamkan kesadaran sejak dini mengenai hal-hal
terkait operasional human trafficking khususnya kepada para anak-anak dan
setiap anggota keluarga.
J-RUK juga secara aktif melakukan
berbagai penyuluhan yang berkaitan dengan pola hidup bersih dan sehat atau
biasa disingkat PHBS. Disamping itu pihak J-RUK juga memberikan beragam pelatihan
terkait pencegahan operasional human trafficking pada berbagai wilayah di NTT.
Jika ditinjau secara angka telah sebanyak 2.889 anak-anak yang mendapatkan
edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan. Sedangkan 5.307
orang dewasa telah diberikan penyuluhan mengenai pencegahan praktif mengenai
hal-hal terkait operasional human trafficking. Adanya berbagai hal yang dilakukan
tersebut merupakan langkah secara konkret dalam membangun kekuatan social di
masyarakat khususnya bagi yang tinggal pada wilayah rawan dan terpencil.
Kini kedepannya pihak Ronaldus Astro
Dadut melalui J-RUK memiliki harapan yang besar dalam memperluas jangkauan akan
bantuan yang dilakukan. Bahkan Ronaldus Astro Dadut melalui J-RUK memiliki
keinginan untuk dapat mendirikan rumah singgah bagi para anak-anak korban atas
operasional human trafficking. Tujuan dilakukan pendirian rumah singgah
tersebut untuk dapat menjadi tempat berlindung sementara sekaligus untuk
menjadi pusat pemulihan baik mental maupun fisik bagi pihak korban. Melalui rumah
singgah tersebut akan juga dapat digunakan untuk menjadi ruang aman bagi para
korban khususnya anak-anak untuk dapat kembali bersekolah. Selain itu juga
melalui rumah singgah tersebut para korban akan mendapatkan pelayanan kesehatan
yang maksimal dan layak sampai pulih dari trauma yang diberikan oleh para
pelaku operasional human trafficking. Perjuangan yang dilakukan oleh Ronaldus
Astro Dadut melalui J-RUK merupakan aksi nyata terhadap kepeduliannya untuk
menciptakan perubahan positif dalam melawan praktik operasional human
trafficking.
Untuk dapat lebih berdampak maka pihak Ronaldus
Astro Dadut melalui J-RUK tidak dapat beroprasional secara mandiri. Maka dibutuhkan
kolaborasi lintas sektor untuk dapat mewujudkan Indonesia tanpa adanya
operasional human trafficking. Dengan tidak adanya operasional human
trafficking dapat mewujudkan wajah Indonesia lebih baik bagi masa yang akan datang.
Pihak lain yang turut mencegah dan mengurangi operasional human trafficking melalui
tindakan pidana perdagangan orang (TPPO) yang menerapkan sistem Layanan Terpadu
Satu Pintu (LTSP) dalam penempatan Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) di luar
negeri. Selain beberapa yang telah dipaparkan diharapakan pihak-pihak penegah hukum
dapat terus melakukan edukasi melalui sosialisasi, pelatihan, dan pembentukan
satuan tugas (satgas) serta pengembangan LTSP.
Beragam upaya yang dilakukan oleh
Ronaldus Astro Dadut dalam menekan operasional human trafficking benar-benar
berdampak tidak hanya wilayah NTT tetapi secara nasional. Terlebih lagi
komitmen tersebut nyatanya mampu membangkitkan kesadaran masyarakat. Bahkan kini
melalui keberanian atas menyuarakan terkait isu-isu kemanusiaan mampu meraih
penghargaan berupa SATU Indonesia Award di tahun 2017. Penghargaan tersebut
diberikan oleh pihak Astra kepada para individu maupun kelompok yang telah
memberikan kontribusi positif bagi masyarakat pada berbagai bidang. Adanya penghargaan
tersebut mengukuhkan perjuangan Ronaldus Astro Dadut melalui J-RUK mendapatkan
legitimasi sampai membuka peluang akan kerja sama yang lebih luas dengan
berbagai pihak lainnya diluar sana.
Pencapaian tersebut juga menjadi tonggak penting untuk memperkuat langkah Ronaldus Astro Dadut untuk mengembangkan operasionalnya demi melawan praktik perdagangan manusia. Penghargaan tersebut juga menjadi motivasi bagi generasi muda untuk lebih peduli terhadap isu social yang terjadi di lingkungan sekitar. Belum lagi dengan pendekatan menggunakan basis komunitas serta edukasi yang berkelanjutan membuat Ronaldus Astro Dadut menciptakan perubahan besar yang dimulai dari tindakan kecil yang konsisten. Kini perjuangannya terus berlanjut dengan menggandeng akan berbagai elemen masyarakat mulai dari lembaga pendidikan, tokoh adat, sampai pemerintah daerah. Semua tersebut hanya untuk memperkuat dan mencegah terjadinya operasional human trafficking di masyarakat Indonesias. Dengan tidak adanya permasalahan tersebut diharapakan masyarakat Indonesia dapat lebih fokus untuk merealisasikan Indonesia Emas 2045.
Sumber tulisan dan gambar:
Belum ada tanggapan untuk "Perjalanan Ronaldus Astro Dadut Bersama J-RUK dalam Menumbuhkan Harapan dan Kesadaran Bangsa"
Posting Komentar