Kutu Buku
Itulah
julukan yang diberikan oleh masyarakat kepada seseorang yang memiliki sifat akan
mencintai kegiatan membaca. Biasanya kegiatan membaca seseorang tersebut ditandai
oleh selalu membawa buku kemana-mana. Akibat selalu membaca buku kemana-mana
tersebut munculah sebuah julukan kutu buku bagi seseorang yang mencintai
kegiatan membaca buku.
Seharusnya
menjadi seseorang yang memiliki julukan kutu buku harusnya memiliki sifat
positif. Dengan membaca buku berbagai macam hal pastinya akan membuat seseorang
memiliki pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan orang lain. Tetapi pada
kenyataanya didalam masyarakat menjadi seseorang dengan julukan kutu buku
kurang dipandang hal positif.
Kurang
dipandangnya positif terhadap seseorang kutu buku karena diberbagai macam
cerita sampai film seseorang yang digambarkan kutu buku kurang baik. Kaku, tidak
menarik, pasif, punya dunia sendiri, pakaian ketinggalan zaman, sampai kacamata
yang super tebal. Dengan penggambaran yang seperti itu membuat banyak anak-anak
muda dalam hal ini yang termasuk ke dalam generasi Z tidak mau mendapatkan
gambar tersebut pada dirinya.
Padahal
generasi Z merupakan sebuah generasi penerus bangsa yang dapat menjalankan arah
negara Indonesia menjadi lebih baik. Untuk dapat menjalankan arah negara
tersebut diperlukan ilmu pengetahuan yang banyak. Ilmu pengetahuan tersebut
didapatkan melalui kegiatan membaca buku. Pada umumnya tempat yang menyediakan
berbagai macam buku adalah perpustakaan. Perpustakaan merupakan sebuah tempat
yang gudang informasi karena terdapat banyak sekali berbagai macam buku
didalamnya. Sehingga seharusnya disini pihak generasi Z harusnya akrab dengan
perpustakaan untuk mendapatkan informasi akan ilmu pengetahuan.
Tetapi
didalam kehidupa sehari-hari masyarakat bisa dilihat bahwa pihak generasi Z
justru kebalikan dari apa yang diharapkan. Walaupun sudah ada perkembangan
teknologi yang semakin canggih seperti saat ini justru belum dapat menarik
generasi Z untuk tetapi mau mengunjungi perpustakaan. Alasan masih kurang
menariknya perpustakaan bagi generasi Z ada banyak sekali alasan-alasannya. Pertama
adalah tidak maunya generasi Z mendapatkan julukan kutu buku. Kedua adalah
adanya sebuah anggapan yang sudah melekat pada masyarakat bahwa perpusatakaan
adalah tempat yang sudah ketinggalan zaman. Dari dua alasan tersebut saja sudah
dapat memberikan sebuah pukulan besar untuk dapat menarik generasi Z untuk
tidak mau menggunjungi perpusatakaan.
Agar
lebih jelas mengenai pandangan generasi Z yang enggan untuk datang ke
perpustakaan penulis melakukan sebuah survey secara kecil-kecil. Dimana survey
tersebut hanya menanyakan pendapat orang-orang yang termasuk ke dalam generasi
Z tentang perpusatakaan. Dari hasil survey yang dilakukan ada satu hal benang
merah atas jawaban yang mereka berikan. Bahkan beberapa dari mereka jawaban
yang diberikan cukup sama.
Berbagai
macam jawaban yang diberikan tersebut bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa
generasi Z semakin kurang minat untuk datang ke perpusatakaan agar mau membaca
buku yang ada. Akibat kondisi tersebut secara perlahan-lahan peristiwa
tenggelamnya tempat perpusatkaan bagi generasi Z akan terjadi didepan mata. Padahal
jika dilihat secara fungsi peran perpustakaan memiliki peran yang cukup vital
dalam meningkatkan literasi serte memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat
bagi generasi Z tersebut. Ketika sudah meningkat literasi serta ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh generasi Z maka secara tidak langsung negara
tersebut dapat menciptakan sebuah generasi muda yang memiliki keunggulan,
wawasan yang luas, dan lain sebagainya. Sehingga diujungnya para generasi muda
yang berasal dari generasi Z dapat menjalankan arah negara Indonesia menjadi
lebih baik lagi.
Berdasarkan
data yang diberikan oleh UNESCO mengatakan bahwa Indonesia menempati urutan
kedua dari bawah mengenai literasi berskala dunia. Jika diartikan bahwa
Indonesia memiliki kondisi akan minat baca yang sangat rendah. Untuk minat baca
masyarakat Indonesia dapat terhitung memperhatikan hanya 0,001%. Arti dari
angka tersebut mengatakan bahwa dari 1000 orang hanya 1 orang saja yang
memiliki aktifitas kegiatan rajin membaca.
Bahkan
sebuah riset yang bertakjub World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan
oleh Central Connecticut State Univesity di bulan Maret 2016 mengatakan bahwa
Indonesia merada di urutan ke-60 dari 61 negara mengenai minat baca. Posisi
ke-60 tersebut berada di bawah Thailand (59) dan diatas Bostwana (61). Padahal
jika ditinjau dari sisi penilaian infrastuktur yang mendukung kegiatan membaca
negara Indonesia sudah dapat disejajarkan dengan negara-negara di Eropa.
Bagaimana Caranya Agar Perpusakaan Dapat Menarik Generasi
Z Untuk Mau Datang Dan Membaca Buku???
Sebelum
membahas lebih jauh mengenai cara agar perpusatakaan dapat menarik generasi Z
datang dan mau membaca buku yang ada didalamnya, terlebih dahulu menonton video
dibawah ini.
Setelah
melihat video diatas tentunya kita dapat menarik sebuah benang merah mengenai
akan apa saja yang harus dilakukan oleh pihak perpustakaan. Berikut ini adalah
pemaparan yang dapat dilakukan oleh pihak perusakaan untuk dapat menarik
masyarakat khususnya yang beraad di generasi Z yaitu:
Pertama
adalah membuat bangunan unik yang dapat memanjakan mata. Biasanya bangunan yang
digunakan untuk tempat perpustakaan sangat monoton. Berbentuk seperti pada
umumnya dengan dilengkapi oleh furnitur kotak-kotak yang warna dan bentuknya seragam.
Dengan furnitur tersebut membuat tidak ada sama sekali keunikan yang dapat
memanjakan mata. Padahal ketika perpustakaan sudah memiliki bangunan serta
beberapa hal lainnya yang unik secara tidak langsung dapat membuat para
penggunjung dapat membagikan kedalam sosial media mereka. Ketika sudah
membagikan secara tidak langsung lainnya juga pihak pengunjung sudah
mempromosikan perpusakaan tersebut. Jika hal tersebut terus terjadi maka
perpusakaan tersebut akan kebanjiran para penggunjung dari berbagai generasi.
Kedua
adalah menyederhanakan aturan yang berlaku. Sudah tidak usah diragukan lagi
bahwa perpustakaan merupakan sebuah tempat yang banyak aturannya. Tidak hanya
banyak aturan tetapi perpusakaan juga sudah sangat baku sekali. Hal simpel
yaitu dari pembuatan kartu anggota perpusakaan. Ya, penulis pernah merasakan
sangat sulitnya aturan yang harus dilakukan hanya demi mendapatkan kartu
anggota. Dari mulai harus ke RT, RW, dan masih banyak lagi. Saking ribetnya
aturan yang baku tersebut belum juga penulis mau meminjam buku sudah ada
perasaan malas karena terlalu ribet cara untuk mendapatkan kartu anggota saja. Memang
harus diakui ribetnya cara tersebut baik itu perpusakaan karena data akan menjadi
jelan sehingga ketika ada satu hal buku yang dihilang dapat dilacak. Tetapi jika
harus selalu ribet dan banyak prosesnya pastinya penulis dan generasi Z akan
tidak mau datang ke perpusakaan apalagi untuk meminjam buku.
Ketiga
adalah mengkombinasikan kegiatan perpustakaan dengan kegiatan yang disukai oleh
anak muda zaman sekarang. Kita tahu bahwa kegiatan perpusakaan begituh-begituh
saja yaitu meminjam, membaca, dan mengembalikan buku. Dikarenakan hanya
kegiatan begituh-begituh saja membuat bosan bagi para generasi Z. Maka dari itu
agar dapat lebih menarik kegiatan perpusakaan dapat dilakukan sebuah kombinasi
akan kegiatan yang disukai oleh anak muda seperti live musik. Kegiatan live
musik yang diadakan di lingkungan perpusakaan bisa dilakukan di dalam
operasional perpusakaan sehingga kegiatan tersebut dapat terpantau dan tidak
melanggar aturan yang ada.
Keempat
adalah mendigitalisasi. Saat ini sudah banyak seklai hal-hal atas aktifitas
sehari-hari yang dilakukan secara nyata kini dilakukan secara online dengan
digitalisasi. Hal digitalisasi tersebut juga harus dapat diterapkan didalam
kegiatan perpustakaan dalam hal meminjam buku. Apalagi dengan sudah didukung
oleh banyaknya inovasi teknologi membuat digitalisasi kegiatan meminjam buku di
perpusakaan menjadi lebih mudah. Hal pertama adalah dengan memperbanyak
berbagai macam E-Book dan E-Jurnal yang dapat diakses secara mudah bagi
masyarakat secara luas.
Kelima
adalah menambah banyak jenis genre buku. Ya, hal yang terakhir yang dapat
dilakukan adalah dengan selalu menambah jenis buku yang dimiliki oleh
perpusakaan tersebut. Buku yang ada didalam perpusakaan tidak hanya didominasi
oleh buku-buku untuk pelajaran saja tetapi harus dapat dikombinasikan dengan
buku genre lainnya dari mulai novel, cerpen, puisi, dan masih banyak lagi. Agar
dapat lebih banyak buku-buku yang disediakan tidak hanya yang menggunakan
bahasa Indonesia tetapi bahasa asing juga. Ketika sudah lengkap maka para
pembaca dalam hal ini generasi Z akan ada banyak sekali pilihan yang dapat
dipilih atas buku yang dipinjamnya.
Pada
dasarnya ada banyak sekali cara-cara yang dapat dilakukan oleh pihak
perpustakaan untuk dapat menarik masyarakat khususnya generasi Z datang dan mau
membaca buku tetapi salah satunya telah dipaparkan diatas. Apakah para pembaca
memiliki cara lainnya diluar cara yang telah dipaparkan?. Apabila ada tidak ada
salahnya para pembaca sekalian memaparkan didalam kolom komentar agar dapat
terjadi saling bertukar informasi antara para pembaca dengan penulis. ‘
CINTAILAH PRODUK-PRODUK INDONESIA!!!
Pastinya
kita sebagai masyarakat dari Indonesia pernah mendengar atau membaca slogan
diatas diberbagai macam media yang ada. Memang secara tujuan diciptakan slogan
tersebut agar mengajak masyarakat di Indonesia agar dapat mau menggunakan
sampai membeli atas produk-produk yang dibuat oleh tangan-tangan Indonesia. Walaupun
slogan tersebut memiliki sifat baik tetapi masih banyak saja masyarakat yang
memberikan reaksi terhadap slogan tersebut kurang baik. Salah satu contoh
respon yang ada dimasyarakat seperti:
“Mendingan produk luar sudah murah kualitas terjamin
lagi”
“Emangnya produknya sudah sesuai standar”
“Alah jangan dipasarin dahulu, tingkatin dulu
kualitasnya”
Itulah
salah satu contoh dari sekian banyaknya respon yang diberikan oleh masyarakat
kepada slogan atas mencintai produk Indonesia. Bagaimanapun juga dengan kondisi
respon masyarakat yang kurang baik tetapi pihak pemerintah selalu saja
menyarankan kepada masyarakatnya untuk dapat selalu mencintai dan membeli
produk dari dalam negeri sambil dibarengi perbaikan kualitas produknya.
Slogan
tersebut tentunya dapat berlaku juga kepada perpusatkaan. Setelah mengetahui
akan hal-hal apa saja yang harus dirubah maka kini mau tidak mau perpusakaan harus
melakukan sebuah transformasi yang lebih jauh. Dengan banyak orang yang sudah
beralih dari perpusatakaan menjadi hp membuat perpusakaan kian rebut. Hp yang
dapat digunakan memudahkan setiap orang khususnya generasi Z dalam mencari informasi
dibandingkan harus datang ke perpusatakaan. Oleh karena itu agar tetap dapat
eksistensi ditengah berbagai desakan yang ada maka pihak perpusakaan juga harus
melakukan transformasi seperti yang dilakukan oleh UPT. perpustakaan Unsyiah.
UPT. perpustakaan Unsyiah
atau bisa disebut juga dengan perpusakaan Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH)
didirikan di tahun 1970 yang dapat saat itu masih berada di gedung fakultas
Ekonomi. Perpusakaan yang dimiliki oleh Unsyiah memiliki status sebagau Unit
Pelayanan Teknik (UPT) di tahun 1980. Kemudian di tahun 1994 pihak Unsyiah
memberikan sebuah gedung khusus untuk perpusakaan yang didirikan disamping
dengan Kantor Pusat Administrasi (KPA) Unsyiah. Di bulan April 1994 melalui
sebuah Surat Keputusan Rektor No. 060 tahun 1994 yang membuat pendayagunaan UPT
Perpustakan Unsyiah ditingkatan melalui penyatuan semua perpusakaan yang ada di
lingkungan Unsyiah menjadi satu dibawah nama UPT Perpustakaan.
Terhitung
sampai bulan Januari 2022 kini pihak Perpustakaan Unsyiah telah banyak sekali
koleksinya. Jika dihitung-hitung jumlah koleksi ada 75.114 judul atau 122.339
eksemplar. Angka dari koleksi tersebut terdiri dari berbagai macam seperti
buku, jurnal, laporan akhir, skripsi, tesis, disertasi, majalah, dan masih
banyak lagi. Koleksi yang ada didalam perpustakaan Unsyiah tidak hanya
didominasi oleh koleksi yang tercetak saja tetapi juga masih ada banyak koleksi
yang bersifat elektronik salah satunya dengan adanya e-book dan e-journal.
Mengambarkan
UPT Unsyiah ada tiga kata yang cocok untuk mengambarkan akan hal tersebut yaitu
mengedukasi, menarik, dan menghubungkan. Dimana ketiga kata tersebut merupakan
sebuah julukan yang dapat mencerminkan UPT Unsyiah yang saat ini sudah mulai
berbenah diri yang tidak hanya sebagai tempat meminjam buku saja.
MENGEDUKASI
Perpustakaan
yang ada pastinya memiliki tujuan utama yaitu mengedukasi masyarakat. Edukasi yang
diberikan oleh pihak perpustakaan khususnya UPT Unsyiah adalah dengan
menyediakan berbagai macam buku yang berisi ilmu pengetahuan yang informasi
dengan beragam kategori. UPT Unsyiah merupakan sebuah roda penggerak bagi
universitas khususnya bagi mahasiswa dan mahasiswinya untuk dapat menerima ilmu
pengetahuan melalui buku-buku yang ada.
Tujuan
untuk dapat mengedukasi oleh UPT Unsyiah tidak hanya berhenti hanya kepada
seluruh mahasiswa dengan cara datang ke UPT Unsyiah tersebut. Tetapi kini ada
cara yang lebih mudah untuk dapat mengakses ScienceDirect dari luar Kampus
Universitas Syiah Kuala. Berikut ini adalah cara agar seseorang dapat ScienceDirect
dari luar Kampus Universitas Syiah Kuala agar lebih mudah dipahami maka cara
yang dilakukan dipaparkan melalui sebuah video:
Tidak
hanya itu saja digunakan oleh seluruh mahasiswa tetapi juga pihak UPT Unsyiah
memberikan sebuah fasilitas bagi para dosennya dalam mengedukasi. Salah satu
bentuk nyata yang dilakukan UPT Unsyiah dalam memberikan fasilitas bagi para
dosennya dengan booking room fasilitas ruang perpustakaan secara terbatas
walaupun saat sedang berada di masa pandemik virus Corona. Walaupun digunakan
oleh dosen akan fasilitas room yang disediakan oleh UPT Unsyiah tetapi ada
beberapa persyaratan yang harus ditaati oleh dosen seperti jam buka 08.00 –
16.00, untuk menjamin kebersihan diharapkan untuk membawa alas meja, sampai untuk
alasan kesehatan maka ac tidak dinyalakan. Agar lebih jelas mengenai
aturan-aturan yang harus ditaati tersebut lebih baik para pembaca khususnya
dosen yang mau meminjam UPT Unsyiah langsung saja mengakses website dari UPT
Unsyiah. Berikut ini adalah langkah-langkah bagi dosen untuk dapat booking room
fasilitas ruangan perpusatakaan didalam UPT Unsyiah yaitu:
MENARIK
Pada
point menarik inilah yang dapat membedakan antara UPT perpusatakaan diluar sana
dengan UPT. perpustakaan Unsyiah. Perbedaan
tersebut dapat terlihat dari inovatif akan memberikan sebuah fasilitas serta
mengelolanya. Biasanya ketika mendengar kata perpusatakaan hal yang pertama
terlintas didalam benak para pembaca khususnya generasi Z adalah sebuah tempat
yang sunyi dan ada beberapa rak-rak buku yang bentuk sampai warna yang sama. Tetapi
kini didalam UPT. perpustakaan Unsyiah
ada banyak sekali fasilitas-fasilitas tambahan yang dapat membuat nyaman para
pengunjung khususnya para generasi Z. Berikut ini adalah beberapa contoh
fasilitas-fasilitas yang ada didalam UPT. perpustakaan Unsyiah yaitu:
Pertama
adalah ruang baca. Didalam UPT. perpustakaan Unsyiah ada sebuah ruang baca, yang menarik didalam ruang baca tersebut
disediakan beberapa jenis ada yang ruang baca non pasca sarjana dan ada ruang
baca pasca sarjana. Tentunya dengan adanya perbedaan tersebut membuat nyaman
karena setiap orang yang mau membaca menjadi dapat berkumpulan dengan yang
sesuai jenis bacaan yang sedang dibaca.
Berbicara
pemisahan yang terjadi tidak hanya dibagi menjadi antara ruang baca non pasca
sarjana dan ruang baca pasca sarjana tetapi ada hal yang lebih menarik. Di tahun
2016 pihak UPT Unsyiah melakukan sebuah gebrakan baru yaitu dengan membuat
ruang baca yang terpisah antara laki-laki dan perempuan. Hal tersebut tentunya
harus diapresiasi lebih banyak karena selain dapat menekan gangguang yang
dihasilkan oleh para mahasiswa dan mahasiswi tetapi juga turut juga melaksanakan
ajaran agama Islam. Apalagi Unsyiah merupakan sebuah tempat pendidikan yang
berada di Aceh yang kental akan aturan-aturan agama Islam. Penerapan tersebut
selain membuat nyaman perpusataan juga turut melakukan ajaran agama Islam
sehingga kegiatan tersebut seperti sekali mendayung dua tiga pulau terlewati.
Kedua adalah Ruang Teater Mini Adnan Ganto. Ketika tanggal 26 Maret 2019 UPT. perpustakaan Unsyiah telah meresmikan sebuah ruangan baru dengan nama Ruang Teater Mini Adnan Ganto. Ruang Teater Mini Adnan Ganto dapat digunakan sebuah ruangan dalam melaksanakan kuliah secara online maupun berbaga macam kegiatan live steaming. Hal yang menarik pada ruangan tersebut adalah nama. Ya, namanya adalah Adnan Ganto.
Adnan
Ganto merupakan seseorang tokoh yang berasal dari Aceh yang lahir pada sebuah
desa terpencil. Walaupun lahir disebuah desa terpencil tetapi Adnan Ganto
sukses menjadi sebuah bankir kelas dunia bahkan bisa dikatakan menjadi
seseorang Asia pertama yang berhasil menjabat akan posisi strategis pada sebuah
Bank Inggris yaitu Morgan Bank Ltd yang bekerja selama 23 tahun. Kemudian di
tahun 1987 Adnan Ganto diangkat untuk menempati posisi Director Investement
Banking di Singapura. Sedangkan diakhirnya Adnan Ganto menjabat sebagai posisi
Executive Direction di New York, Amerika Serikat. Nama kepanjangan dari Adnan
Ganto yaitu Dr. HC. H. Adnan Ganto, M.B.A (4 Februari 1947 – 23 Maret 2021).
Ketiga
adalah library coffee. Biasanya ketika para penggunjung merasa lapar ketika
berada di perpusakaan akan sangat binggung. Alasan binggung tersebut karena ada
sebuah jarak yang cukup besar antara perpustakaan dengan tempat penyedia
makanan. Sehingga apabila para pengunjung khususnya generasi Z mengalami
kelaparan saat diperpusakaan harus ditahan-tahan karena jarak yang jauh.
Tetapi
berbeda dengan UPT. perpustakaan Unsyiah
karena didalam tempat tersebut telah disediakan sebuah tempat yang bernama library
coffee. Library coffee dapat digunakan bagi para pengunjung khususnya generasi
Z yang merasa kelaparan dengan menikmati berbagai macam makanan dan minuman
yang disediakan. Sehingga ketika perut sudah terasa penuh maka para generasi Z
dapat membaca berbagai macam buku kembali dengan fokus yang tinggi untuk dapat
memahami isi ilmu pengetahuan didalam buku yang sedang dibaca.
Berbicara
mengenai hal menarik yang ada didalam UPT. perpustakaan Unsyiah tidak hanya didominasi dalam memberikan berbagai macam
fasilitas seperti yang telah dipaparkan diatas. Tetapi ada banyak hal lain yang
dilakukan oleh pihak UPT. perpustakaan Unsyiah salah satunya adalah dengan melakukan berbagai macam kegiatan
seperti Lomba Cipta Puisi ULF 2020. Agar lebih jelasnya mengenai kegiatan
tersebut penulis berikan sebuah gambarnya agar para pembaca lebih jelas.
MENGHUBUNGKAN
Salah
satu cara yang dilakukan oleh pihak UPT. perpustakaan Unsyiah untuk dapat menghubungkan dengan mudah adalah melalui Unsyiah
Integrated Library System (UILIS APP MOBILE). UILIS APP MOBILE bisa dikatakan
merupakan aplikasi perpustakaan Unsyiah memiliki fungsi untuk dapat memudahkan
para mahasiswa dan mahasiswi khususnya generasi Z dalam mengakses layanan
Perpustakaan Unsyiah ketika menggunakan berbagai macam fitur-fitur yang telah
disediakan.
Merupakan Perpustakaan Segudang Prestasi
Dari
sekian banyak hal yang menarik yang ada di UPT. perpustakaan Unsyiah ada satu hal yang menarik perhatian dari penulis yaitu
segudang prestasi. Ya, harus diakui bahwa UPT. perpustakaan Unsyiah khususnya perpustakaan Unsyiahnya memiliki banyak
sekali prestasi didalamnya. Sekian banyak prestasi yang dimiliki berikut ini
adalah salah satu contoh prestasinya yaitu Akreditasi "A" dari
Perpustakaan Nasional, Certificate ISO 9001:2015, Certificate ISO/IEC
27001:2013, Certificate ISO 20000-1:2018 dan Perpustakaan Unsyiah Juga Menerima
Penghargaan SNI Award 2019 peringkat "PERUNGGU" dari Badan Standarisasi
Nasional (BSN).
Dalam
hal ini UPT. perpustakaan Unsyiah
terus saja dari waktu ke waktu melakukan berbagai macam inovasi agar dapat
menarik para generasi Z untuk dapat mau datang dan membaca berbagai macam buku
yang ada didalam UPT. perpustakaan Unsyiah. Tidak hanya itu saja dengan inovasi-inovasi yang dilakukan
diharapkan dapat melunturkan secara perlahan-lahan akan julukan-julukan kurang
baik terhadap seseorang yang mencintai kegiatan membaca buku. Ketika sudah
lunturnya julukan kurang baik terhadap seseorang yang mencintai kegiatan
membaca buku maka harapannya para generasi Z dapat menjadi seseorang yang gemar
membaca buku. Dari buku-buku yang dibaca tersebut dapat membuat para generasi Z
memiliki banyak sekali ilmu pengetahuan. Apabila pengetahuan sudah dimiliki
oleh para generasi Z dengan banyak maka roda gerak dari Indonesia dapat terarah
dan menjadi lebih baik dari pada sebelumnya terutama dalam hal menyelesaikan
masalah besar.
USK
Library Fiesta 2020
UPT.
Perpustakaan USK
USK
Semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi anda para pembaca. Terima kasih.
Sumber
gambar, tulisan, dan video:
- https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2021/pengamat-minat-baca-indonesia-rendah-budaya-tutur-lebih-tinggi/#:~:text=Berdasarkan%20data%20UNESCO%2C%20Indonesia%20menempati,1%20orang%20yang%20rajin%20membaca
- https://www.youtube.com/watch?v=GT0S-QSEQ30
- https://youtu.be/stLUWTDMCVk
- https://youtu.be/nWDJifMvzXA
- https://id.wikipedia.org/wiki/Adnan_Ganto
- https://library.unsyiah.ac.id/ciptapuisi-ulf2020/
- https://play.google.com/store/apps/details?id=id.ac.unsyiah.library&hl=en_US
- https://youtu.be/ZufYAQL9HOo
- https://pixabay.com/id/photos/alkitab-buku-halaman-membuka-1868070/
- https://pixabay.com/id/photos/perpustakaan-buku-pendidikan-869061/
- https://beritamerdeka.net/news/adnan-ganto-tutup-usia-pada-umur-74-tahun/index.html
Belum ada tanggapan untuk "Generasi Z Untuk Gemar Membaca Melalui Perpustakaan Unsyiah"
Posting Komentar